Mohon tunggu...
Hepy Tapan
Hepy Tapan Mohon Tunggu... -

Tinggal di Jakarta dan saat ini bekerja pd salah satu institusi NKRI.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

ANALISIS PERTAHANAN UDARA TNI AU

3 Juni 2011   09:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:54 1831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

      Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak pada posisi silang, memiliki lebih dari 17 ribu pulau besar dan kecil, dengan lebih 220 juta penduduk.   Karena kondisi yang menguntungkan tersebut, Indonesia memiliki beberapa kerawanan baik yang datang dari dalam maupun dari luar.   Banyak ancaman membuat bangsa Indonesia harus memperkuat wilayah pertahanan.   Namun  dibanding dengan negara-negara ASEAN pertahanan udara Indonesia ini masih jauh dari modern.   Seperti yang tertulis dalam harian Kompas pada tanggal 26 Februari 2008 membuat insan TNI AU merasa prihatin.   Mungkin kita perlu menggugah hati pemerintah untuk memperbaiki kondisi pertahanan udara kita.

      Singapura mempunyai F-16 RSAF yang jika dibandingkan dengan F-16 punya TNI AU jauh lebih hebat.   F-16C milik Singapura juga jauh lebih maju dibanding F-16A TNI AU.   Tulang punggung pertahanan Singapura berada di 70 buah F-16D blok 52.   Belum lagi rudal anti pesawat AIM-9M Sidewinder dan AIM-120 AMRAAM, jet F-16D juga dilengkapi dengan sistim pembidik khusus (yang dipasang pada helm pilot).   Peralatan buatan Elbit itu untuk mendukung penembakan rudal anti pesawat andalan Israel Phyton 4 dan Derby.   Alutsista yang demikian maju itu belum ada di Indonesia padahal di banding luasnya Singapura jauh lebih kecil.   Sehingga pesawatnya dititipkan ke negara lain.

      Malaysia yang pempunyai armada Sukhoi sebanyak 18 buah akan selesai diserahkan tahun ini.   Malaysia sejak pembelian MiG-29 di tahun 1990-an mendirikan ATSC (Aerospace Technology Systems Corp Sdn Bhd) yang ditujukan untuk mendukung pemeliharaan jet-jet Rusia.   Dibanding Indonesia yang baru membeli dua jet Sukhoi Su-27 dan dua Su-30MK 5 tahun silam.   Alangkah sedikitnya pesawat kita jika dibandingkan dengan Malaysia.   Memang dengan empat pesawat, deterens yang diinginkan belum dapat ditegakkan, lebih-lebih ketika pesawat tersebut hingga akhir tahun 2007 belum dilengkapi dengan persenjataan.

      Sementara di Thailand, RTAF telah memutuskan untuk membeli jet buatan Swedia Gripen.   Dalam pembelian senilai 1,3 miliar dollar AS itu,   Thailand akan mendapat 12 Gripen C/D ditambah dua pesawat pemberi peringatan dini (AEW) Erieye Saab 340. Dari Swedia , Thailand juga akan mendapat kemampuan baru C2 (command and control).   Oleh karena itu Indonesia harus menyadari bahwa di tengah modernisasi Pertahanan Udara ASEAN kita jangan sampai ketinggalan.

      Vietnam juga tidak mau ketinggalan walaupun telah memiliki armada MiG-21 operasional, juga masih mau beranjak ke jet tempur modern.   Negeri ini membukukan pertumbuhan ekonomi mengesankan juga telah memesan 12 Su-27SK/UBK, diikuti empat Su-30 MK2V.   Sungguh di luar dugaan, negara kita telah ketinggalan jauh.

      Myanmar, sebagai anggota muda ASEAN,  semula mengandalkan jet tempur sergap F-7 Chengdu dan tempur serang darat J-6 Shenyang buatan China, tetapi kemudian membeli MiG-29 dari Rusia.   Kita juga masih di urutan di bawah Myanmar dari segi alutsista.   Walaupun kita berada di era keterbatasan anggaran, tetapi jangan sampai anggaran pertahanan untuk pembelian alutsista masih akan dipangkas.

      Kamboja, Brunai dan Filipina merupakan negara anggota ASEAN yang kurang menampakkan minatnya terhadap pembangunan udara meskipun alasannya mungkin berlainan.   Di Kamboja pemerintah masih dihadapkan pada upaya peningkatan kesejahteraan rakyat, MiG-21 banyak yang sudah tidak dapat diterbangkan.   Di Brunai persoalan utama bukan karena keterbatasan dana tapi karena sumber daya manusia yang mengawakinya.   Yang beda lagi adalah Filipina, pesawat yang dimiliki setelah AS pergi awal tahun 1990-an adalah warisan era Perang Vietnam, yakni F-5A/B dan F-8 Crusader.   Selain tidak memiliki pesawat, Filipina juga tidak memiliki sistem radar pertahanan misi penyergapan.

      Kekuatan pertahanan udara TNI AU bukanlah termasuk golongan Filipina tetapi masih kalah jauh dibanding Singapura.   Oleh karena itu pinjaman uang dari Rusia alangkah baiknya dimanfaatkan untuk memperkuat keutuhan wilayah negara kita.   Dan anggaran untuk alutsista jangan dipangkas lagi.  Pengembangan kekuatan rudal harus dilakukan agar kita bisa mengimbangi modernisasi AU ASEAN.

 

                                                                                                

                                                                                                              Hepy Tapan

                                                                                                  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun