Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Ayur Hyipnoterapi dan Ananda Divya Ausadh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi Ayur Hypnotherapy dan Neo Zen Reiki. Menulis adalah upaya untuk mengingatkan diri sendiri. Bila ada yang merasakan manfaatnya, itupun karena dirinya sendiri.....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Aku adalah Pikiranku?

23 November 2020   17:16 Diperbarui: 23 November 2020   17:25 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pikiranku

Pikiranku bukanlah aku. Ya, ungkapan ini berasal mereka yang belum kenal siapa sesungguhnya 'aku'. Pikiranku berarti aku memiliki pikiran. Jadi pikiran sebagai alat atau tool untuk melakukan proses. Sesungguhnyalah pikiran merupakan software untuk memproses input sehingga menghasilkan output. Sedangkan otak berfungsi sebagai hardware atau alat untuk mengolah. Tanpa adanya otak,  software tidak bisa melakukan pemrosesan data atau input.

Memang tidak disangkal bahwa ucapan bermula dari pikiran. Ucapan-ucapan menjadi perbuatan atau tindakan. Kumpulan dari tindak-tindakan membentuk pribadi yang dikenal dalam masyarakat. Ini yang mungkin menjadi landasan ungkapan 'Aku adalah pikiranku'

Kepercayaan Timur

Berpaling pada kepercayaan Timur yang ternyata menempatkan pikiran sebagai alat. Bukan sebagai pelaku. Sang pelakutidak mengalami penderitaan. Sementara yang menderita adalah bukan pelaku utama, pikiran.

Penderitaan yang dialami oleh pikiran karena sifatnya yang selalu menghitung atau mengkalkulasi untung rugi. Analisis perhitungan untung rugi dilandasi oleh kenyamanan sensasi indra. Dari sini kemudian lahir persepsi. Persepsi yang tidak tepat membuat kita 'seakan' menderita.

Saya katakan 'menderita', padahal sejatinya tidak. Persepsi pikiran yang selalu menganggap dirinya menderita disebabkan oleh keinginan pikiran yang selalu melihat ke atas. Inilah sigfat 'ego'. Inilah pikiran yang belum diasah. Kasar serta penuh keinginan dan nafsu untuk tetap eksis. Si pikiran ini lupa bahwa sesungguhnya ia hanyalah alat bagi Sang Jiwa individu untuk mengalami keadaan. Ia haruslah mati; dan lucunya kematian si pikiran ini hanya bisa terjadi saat ada tubuh. Karena si otak sebagai alat bagi pikiran harus diubah susunan syaraf-syaraf nya.

Bentukan Mind

Ya, bentuk dan susunan jaringan merupakan ciptaan atau hasil bentukan dari pikiran dan perasaan masa lalu. Hal ini perlu dilakukan oleh si roh (pikiran serta perasaan) untuk melanjutkan obsesi pikiran serta perasaan yang belum tercapai pada kehidupan masa lalu.
Ketika lahir melalui rahim seorang ibu yang juga dipilih sendiri oleh si roh ini, sesungguhnya ia membawa sifat dan karakter sendiri. Tetapi adalah mekanisme alam yang maha canggih sehingga si bayi ini mesti lahir melalui rahim ibu yang juga satu frekuensi.Keadaan yang sering kita lihat bila dalam suatu keluarga menjalani keadaan yang tidak menyenangkan. Hal ini yang tidak bisa ditebak oleh manusia. Mekanisme alam yang bekerja di luar akal pikiran manusia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun