Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

KAKEK yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Akhir Cinta Dosen Jomlo

3 November 2020   17:50 Diperbarui: 3 November 2020   17:58 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Foto by Pixabay

Bisa jadi hal itu yang membuat hari-hari berjalan begitu lambat. Hari Senin adalah hari yang sangat lambat dan membosankan karena aku harus menunggu begitu lama untuk bertemu hari Sabtu saat dimana aku melepas rindu bertemu Kinanti.

Jika sore menjelang maka ada rasa lega di hati karena sehari sudah aku lalui. Seperti pada sore itu aku begitu gembira. Saat aku sedang membereskan semua buku buku di meja itu tiba-tiba terdengar pintu diketuk. Aku terkejut ketika di sana sudah berdiri Daisy Listya. Aku menyilakannya masuk.

Tiga bulan sudah sejak suaminya meninggal, aku baru sekarang ini kembali bertemu Listya. Tetap masih cantik hanya agak kurus dan kelihatan lelah namun wajahnya sudah tidak dipenuhi beban yang berat. Wajah Listya terlihat bebas lepas dari beban beratnya selama ini.

"Pak Alan maaf tadi saya ke ruangan Bapak tapi terkunci maka langsung saja ke sini. Biasanya Pak Alan ada di Laboratorium ini," kata Listya.

Aku terharu mendengar penuturannya. Aku tahu Listya tidak pernah melupakan Laboratorium HPLC yang penuh dengan kenangan ini. Laboratorium ini memang penuh dengan cerita bersama Listya.

"Iya Listya. Memang Laboratorium ini sejak dulu adalah tempat saya untuk mencari inspirasi," kataku sambil tertawa. Mendengar ini Listya hanya tersenyum.

"Iya Pak Alan. Bagi saya Laboratorium ini penuh dengan cerita. Di sini saya mendapat bimbingan Profesor Alan. Di sini juga saya pertama kali jatuh cinta kepada orang yang saya kagumi," kata Listya tersenyum. Aku hanya mampu terdiam menyembunyikan perasaanku.

"Oh ya Pak Alan. Saya punya janji kepada Bapak!" kata Listya.

"Janji apa Lis?"

"Ini Pak Novel yang saya janjikan," sambil menyerahkan sebuah novel dengan sampul berwarna hijau dedaunan. Judul novel itu Puspita Hatiku. Aku menerima novel tersebut sambil menatap kagum.

"Listya terima kasih," kataku pendek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun