Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan dan sejak 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Jelang Timnas Garuda vs UEA, McMenemy Harus Belajar kepada Conte dan Nuno

10 Oktober 2019   06:19 Diperbarui: 12 Oktober 2019   05:02 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelatih Timnas Indonesia, Simon McMenemy melakukan sesi tanya jawab jelang laga kualifikasi Piala Dunia 2022 antara Indonesia vs UEA| Sumber: PSSI.org

Bagi Simon tidak ada cara lain dari pilihan formasi yang bisa dilakukan selain menggunakan pola bertahan yang fleksibel. Cara tersebut seperti yang dilakukan oleh Antonio Conte ketika melawan Barcelona dan Nuno Espirito Santo ketika melawan Manchester City.

Semua mata pasti sudah tidak sabar menunggu laga Timnas Garuda bertanding melawan Uni Emirat Arab (UEA) pada Kamis (10/10/19) pukul 23.00 WIB di Stadion Al Maktoum, Dubai. 

Banyak mungkin di antara kita sudah bisa menebak hasil akhir dari laga tersebut walaupun laganya sendiri belum dijalani. Ya benar Indonesia tidak diunggulkan atas tuan rumah UEA pada lanjutan Kualifikasi Piala Dunia Qatar 2022 tersebut.

Walaupun Indonesia dalam sejarah pertemuannya dengan UEA baru bermain 4 kali dengan kekalahan 2 laga, sebuah laga masing-masing menang dan seri. Laga-laga tersebut merupakan FIFA 'A' International matches (Goal2/8/11). 

BACA JUGA : Timnas Garuda Masih Punya Peluang Lolos ke Putaran Final Piala Asia 2023

Namun catatan ini belum bisa menggambarkan bahwa Timnas Garuda bisa mengimbangi kekuatan UEA pada saat ini. Lalu bagaimana peluang Timnas Garuda dalam laga penting tersebut. Mari kita simak ulasan berikut ini.

Sepak Bola Pragmatis Ala Conte dan Nuno
Antonio Conte bersama Inter Milan dan Nuno Espirito Santo bersama Wolves memberikan contoh nyata bagaimana mereka mempraktikan sepak bola pragmatis yang berhasil ketika harus berhadapan dengan tim yang lebih kuat. 

Conte melakukannya saat bertemu tuan rumah Barcelona diajang Liga Champions. Sedangkan Nuno saat melawan tuan rumah Manchester City di Etihad Stadium diajang Premier League.

Kedua pelatih ini menerapkan formasi dengan 3 bek yaitu 3-5-2 yang berhasil secara fleksibel bertransformasi menjadi 5-3-2 dan bahkan bisa menjadi formasi 5-4-1. 

Formasi ini berhasil membuat Barcelona kewalahan menghadapi Inter Milan. Mereka baru bisa menyamakan kedudukan 1-1 dan menang 2-1 dari 2 gol seorang Luis Suarez (UEFA 3/10/19).

Formasi yang sama diterapkan oleh Wolves saat berhadapan dengan Man City yang dikenal sangat agresif. Nuno malah berhasil menumbangkan juara bertahan Premier League ini dikandangnya, Etihad Stadium dengan 2 gol tanpa balas (Premier League 6/10/19).

Simon McMenemy mungkin bisa mengikuti cara-cara Conte dan Nuno. Kuncinya adalah harus memiliki penjaga gawang dan 3 center back yang tangguh berstamina prima. 

Dua winger yang pandai melakukan transisi cepat dengan kemampuan bertahan yang kuat. Mereka dipastikan akan menerima tekanan hebat sepanjang laga dari para penyerang lawan.

Sementara di lini tengah harus ada 3 pemain yang harmonis berbagi tugas menjaga keseimbangan tim serta memiliki kemampuan umpan jarak jauh yang akurat. Hal ini sangat penting dalam melakukan upaya serangan balik dari duet striker mereka.

Filosofinya fokus bertahan dengan prinsip zona marking atau man to man marking dan secepat mungkin melepaskan umpan akurat kepada duet striker untuk melakukan serangan balik.

Evan, Hansamu, Riko dan Putu (Foto PSSI.org) 
Evan, Hansamu, Riko dan Putu (Foto PSSI.org) 

Conte dan Nuno berhasil menerapkan cara ini dengan materi skuadnya yang sangat berkualitas. Bagaimana dengan Simon McMenemy? Apakah materi skuadnya bisa mendukung formasi tersebut? Mungkin bisa dilakukan saja dengan materi pemain yang ada.

Penjaga gawang saatnya menurunkan pemain selain Andritany yang sedang menurun performanya. Ada Wawan Hendrawan dan Muhammad Ridho sebagai pilihan. Tiga bek tengah bisa dipilih dari 4 pemain ini, Ricky Fajrin, Hansamu Yama, Yanto Basna, dan Manahati Lestusen. 

Duet winger yang juga bertugas sebagai full back saat diserang dapat dipilih dari pemain ini, Putu Gede, Gavin Kwan, Abduh Lestaluhu, dan Rezaldi Hehanusa.

Trio lini tengah bisa diisi oleh Evan Dimas, Stefano Lilipaly, dan Zulfiandi untuk mendukung duet striker Beto Goncalves dan Lerby. Bisa juga menggunakan striker tunggal salah satu dari Beto atau Lerby. 

Jika formasi seperti ini maka satu pemain lainnya bisa diberikan kepada Andik atau Saddil yang fleksibel beroperasi dari sisi kiri atau kanan.

Laga yang sangat krusial bagi Simon McMenemy. Apalagi dalam dua laga Kualifikasi Piala Dunia Qatar sebelumnya Timnas Garuda mengalami dua kali kekalahan melawan Malaysia (2-3) dan Thailand (0-3). 

Padahal dua laga tersebut berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta pada tanggal 5 dan 10 September 2019 lalu. Sangat disayangkan sebagai tuan rumah, Indonesia tidak bisa mengambil poin sempurna.

Lalu apakah Timnas Indonesia dalam menghadapi laga ini harus kalah sebelum bertanding? Tidak. Garuda harus tetap bertarung penuh semangat dengan memanfaatkan segala kekuatan yang mereka miliki.

Upaya-upaya sudah dilakukan oleh skuad Garuda dalam mematangkan persiapan menghadapi laga ini. Mereka sengaja datang lebih awal pada 3 Oktober 2019 lalu sudah berada di Dubai. Hal ini tentu untuk melakukan persiapan yang lebih baik dan fokus.

Pelatih Timnas Indonesia, Simon McMenemy mengatakan bahwa timnya sudah siap melawan UEA. "Tantangan yang besar bagi Timnas Indonesia melawan UEA di laga tandang ini. Tapi kami percaya bisa improve untuk terima tantangan ini dengan baik. Tentu butuh kerja keras dan ingin mendapat hasil positif," kata Simon dalam jumpa Pewarta seperti dirilis situs resmi PSSI (9/10/19).

"Kami selalu mencoba positif dengan apa yang kami miliki dan memastikan punya senjata untuk melawan UEA. Kami harus fokus dan hati-hati dalam bermain nanti. UEA punya tim dan pelatih yang bagus. Kondisi pemain saat ini bagus, selalu ada perkembangan positif setiap harinya," tambah Simon.

Bagi Simon tidak ada cara lain dari pilihan formasi yang bisa dilakukan selain menggunakan pola bertahan yang fleksibel. Cara tersebut seperti yang dilakukan oleh Antonio Conte ketika melawan Barcelona dan Nuno Espirito Santo ketika melawan Manhcester City.

Selamat berjuang Timnas Garuda. Bravo Merah Putih.

Referensi:
UEFA
Premier League
PSSI
Goal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun