Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Untuk Asian Games 2018, Luis Milla Bisa Menyontek Sepak Bola ala Didier Deschamps

17 Juli 2018   10:19 Diperbarui: 17 Juli 2018   11:25 1004
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Timnas Prancis (Foto REUTERS/Carlos Gracia R)

Luis Milla pelatih Timnas Garuda U-23 yang akan berlaga di Asian Games 2018 Jakarta, sebaiknya bisa belajar bagaimana Prancis menerapkan sepakbola pragmatis untuk meraih gelar. Prancis menjadi juara Piala Dunia 2018 setelah menang 4-2 atas Kroasia di Stadion Luzhniki, Moskow, Minggu (15/7/18). Apa yang sudah diraih Prancis ini  menyamai Uruguay dan Argentina sebagai negara yang berhasil meraih dua kali juara dunia. Negara-negara yang memilik gelar Piala Dunia lebih banyak adalah Brasil (5), Jerman (4), dan Italia (4) sedangkan Spanyol dan Inggris hanya sekali meraih piala.

Prancis juga menjadi tim pertama yang mencetak empat gol di final Piala Dunia setelah Brasil pada edisi Piala Dunia 1970. Dari catatan FIFA.com (15/7/18), total dapat dihasilkan sebanyak 169 gol di Piala Dunia 2018. Namun masih kalah dengan jumlah gol yang dihasilkan di Piala Dunia 1998 dan 2014 yang memiliki jumlah gol lebih banyak yaitu masing-masing 171 gol.

Prancis memiliki kinerja tidak terkalahkan dalam ajang ini. Menjuarai grup C dengan nilai 7 poin hasil dari menang atas Australia 2-1, Peru 1-0 dan bermain 0-0 dengan Denmark. Di fase knock out mengalahkan Argentina 4-3 dan Uruguay 2-0 serta lolos ke final dengan menundukkan Belgia 1-0.

Didier Deschamps menjadi orang ketiga yang memenangi Piala Dunia sebagai pemain dan manajer setelah Mario Zagallo (Brasil) dan Franz Beckenbauer (Jerman). Persentase kemenangan Deschamps di Piala Dunia adalah 73 persen, atau memenangi 8 dari 11 laga.

Melihat kinerja tim Les Bleus yang sangat impresif tidak lepas dari racikan Didier Deschamps yang selalu menerapkan taktik yang tepat. Menggunakan formasi 4-2-3-1, Deschamps melakukan terobosan permainan yang fleksibel. Formasi ini memang sangat cair karena bisa digunakan sesuai kebutuhan baik dalam menyerang maupun bertahan. Formasi yang sama dengan Timnas Garuda U 23 untuk Asian Games.  

Formasi ini dikatakan berhasil jika memiliki keseimbangan transisi dari daya serang menuju bertahan atau sebaliknya. Jaminan keamanan lini bertahan menjadi yang utama seperti kinerja kuartet bek Prancis ini, Benjamin Pavard, Raphael Varane, Samuel Umtiti, Lucas Hernandez. Mereka adalah benteng kokoh bagi Hugo Lloris di mistar gawang.

Prancis memiliki dua orang pemain luar biasa untuk menerapkan transisi permainan yang sempurna seperti itu. Dua pemain itu adalah Paul Pogba dan N'Golo Kante. Pogba lebih banyak melakukan tugas membantu serangan bersama Antoine Griezmann yang berada di belakang striker utama mereka, Olivier Giroud. Umpan terobosan Pogba banyak dimanfaatkan oleh Mbappe dari sayap kanan untuk melakukan serangan balik cepat. Beberapa kali cara tersebut mereka lakukan misalnya saat melawan Argentina yang kemudian berbuah penalti untuk Prancis karena Mbappe harus dijatuhkan bek Argentina.

Luis Milla Aspas (Foto PSSI.org)
Luis Milla Aspas (Foto PSSI.org)
Sementara Kante bertugas menjaga keseimbangan pertahanan sebagai pemain penjegal yang berada di depan 2 bek tengah Prancis yaitu Samuel Umtiti dan Raphael Varane. Sebelum berhadapan dengan mereka, Kante harus mencegah bola lewat daerah tanggung jawabnya. Bagaimana Kante bekerja mungkn Lionel Messi bisa merasakannya saat berhadapan dengannya. Messi tidak berkembang saat Argentina kalah 3-4 di 16 besar.

Taktik pragmatis ala Deschamps ini sedikit berbeda dengan kebanyakan taktik yang digunakan pelatih lain. Deschamps masih memiliki opsi menyerang dengan penguasaan bola jika lawan yang dihadapi levelnya lebih rendah seperti ketika mengalahkan Australia dan Peru.

Salah satu pakar sepakbola, Charlie Nicholas yang juga mantan pemain Arsenal mengemukakan pendapatnya kepada Skysports.com (16/7/18): "Laga Prancis melawan Argentina sangat dramatis. Ini telah menjadi tontonan piala dunia yang indah dan penuh dengan ketegangan." Tidak berlebihan laga tersebut memang sangat dramatis.

Taktik cerdas Deschamps berhasil diterapkan saat mengalahkan Argentina 4-3 di babak perempat final. Setelah teandangan penalti Griezmann menit ke 13 langsung dibalas gol Angel Di Maria menit 41 bahkan Argentina sempat unggul melalui gol Mercado pada awal babak kedua. Setelah itu gol Pavard dan 2 gol Mbappe tidak bisa dibendung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun