Mohon tunggu...
Henri Koreyanto
Henri Koreyanto Mohon Tunggu... Buruh - Kuli

Kadet Ngopa-ngopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Penghianatan Anak Angkat

27 Maret 2023   08:51 Diperbarui: 27 Maret 2023   09:14 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Gambaran langit merah sore itu betul-betul sulit hilang dalam ingatan bocah cilik yang mendekam di kereta kuda. Tak sempat ia mengucap sepatah kata untuk bapaknya yang lebih dulu berpulang. Hatinya terus bertanya apa sebab kampung lahirnya dibombardir meriam hitam dan senapan 12,5.

Bukan. Bukan juga tawanan. Para kumpeni itu memperlakukannya sangat manusiawi, apa pun mereka berikan dan tak satu di antaranya bersuara tinggi. Bermilyar-milyar tanya menghujam hati, perlahan sunyi seperti suara hentakan kaki kuda yang hilang bersama gelapnya malam.

***

“Ayo Margaret, katakan. Apa artinya itu?” ujar Paduka Raja mendesak. Jelas sekali ia tampak gelisah. Mimpinya tempo itu sangat menganggu.

“Tak bisa Paduka, sungguh tak bisa.” Balas Margaret.

“Apa pun kulakukan. Aku tak peduli lagi perjanjian damai itu,” ujar Paduka Raja penuh yakin.

“Ta-tapi Paduka,” Margaret tergagap.

“Perlukah aku mengulang Margaret!” balas Paduka Raja dengan tatapan tajam.

“Jika itu sudah menjadi keinginan Paduka, baiklah.” Ujar Margaret menyerah pasrah.

“Hmmm.” Lirih suara Paduka Raja terdengar.

“Kendi dan Ki Said harus terpisah, dan anak itu baik-baiklah padanya.” Jawab Margaret penuh tenang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun