Mohon tunggu...
Henri Koreyanto
Henri Koreyanto Mohon Tunggu... Buruh - Kuli

Kadet Ngopa-ngopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Uwa-Uwa" di Pesisir Pantai Bagaimana Kabarnya?

4 Desember 2021   12:14 Diperbarui: 4 Desember 2021   12:19 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Siang itu tak seperti biasa. Bumi perkebunan Bibi Owa jawa begitu ramai. Itu karena Kancil datang tak sendiri namun dia membawa para pasukan gajah, pasukan badak, dan beserta jenderalnya.

Demi menyambut Kancil, para pasukan dan jenderalnya itu, Bibi Owa jawa menyiapkan beberapa makanan berupa buah-buah hasil panen untuk disajikan. Sedangkan beberapa buah-buah lagi yang sudah layak panen dbiarkan saja tak dipetik. Hal itu dilakukan supaya para pasukan turut merasakan nikmat buah yang dipetik langsung dari pohonnya.

Dari kejauhan telihat para pasukan yang sedang memetik buah nampak rukun. Mereka saling bergantian memetik dan saling berbagi. Semua para pasukan terlihat betapa sungguh betul-betul menikmati.

Bibi Owa jawa yang melihat hal itu dari depan rumah sungguh sangat bahagia. Dia pun terus memuji kepiawaian Kancil yang mampu membuat mereka para pasukan menjadi kompak dan solid.

Pujian-pujian yang diucapkan Bibi Owa jawa terus mengalir. Kancil yang nampak begitu malu, mengungkapkan jika Bibi Owa jawa terlalu berlebihan membesarkan hatinya. Apa yang telah dia lakukan selama ini, itu tak lepas dari buah yang Bibi Owa jawa ajarkan kepadanya. Kini mereka berdua pun saling membesarkan hati satu sama lain. 

Tak berselang lama, Kekes datang menghampiri mereka berdua dan menawarkan, "Bibi, aku lihat buah apel untuk paman Kancil sudah mau habis, aku petikkan lagi ya buah apelnya?". Kemudian sontak Kancil pun berujar "Sudah Kes. Ini sudah Cukup, masih banyak buah yang lain dan Paman belum sempat merasakan". 

"Ya, sudah. Ambilkan saja secukupnya ya Nak," ujar Bibi Owa jawa kepada Kekes. Kancil yang mendengar itu wajahnya tersenyum. Dengan bergegas Kekes menuju keperkebunan apel untuk memetik secukupnya.

"Janganlah kau tolak kebaikan Kekes, dia anak yang sangat rajin. Nalurinya begitu kuat. Aku selalu berharap kelak dia memiliki jiwa kepemimpinan sepertimu" kata Bibi Owa jawa menjelaskan. Kancil pun manggut-manggut.

Lalu, dia terlihat menundukan kepala, dan terdengar tarikan napas dalam, kemudian menyegerakan perihal tentang maksud kedatangannya kesini, "Bi...se-sebetulnya...mak-maksud...kedatanganku kesini..", terlihat wajah Bibi Owa jawa tersenyum dan memotong kata-kata Kancil, "Uwa-Uwa di pesisir pantai, bagaimana kabarnya?".

Mengetahui begitu semangat Bibi Owa jawa menanyakan kabar Paman Uwa-Uwa, membuat Kancil tak ingin kehilangan momen dan bergegas mulai menjawab "Tubuhnya masih kuat dan segar, jiwa berkebunnya di pesisir pantai tak pernah sirna sedikit pun. Namun kini, untuk mengobati rasa kesepian. Aku mengirimkan anak dan keponakanku untuk menemaninya".

Mendengar jawaban itu Bibi Owa jawa nampak bahagia. Kancil pun melanjutkan "Aku akan mengantarkanmu untuk menemuinya dengan para pasukan gajah dan pasukan badak beserta jenderalnya. Puluhan pasukan ini akan mengiringi hingga ke pesisir pantai. Satu hal lagi Bi," ujar Kancil dengan nada lirih "Dia sangat merindukanmu".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun