Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Empat Tip untuk Orangtua Menghadapi Cinta Pertama Anak Remajanya

13 Agustus 2021   04:16 Diperbarui: 6 November 2022   17:52 1260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
4 Tip bagaimana orangtua menghadapi cinta pertama remaja | foto: freepik/pressfoto—

Remaja sepenuhnya digerakkan oleh emosi dan tidak dapat berpikir, apalagi bertindak, secara rasional. Hal ini terjadi karena berbagai pusat di otak mereka belum berkembang secara sempurna.

Oleh sebab itu, tidak ada manfaatnya menciptakan tekanan pada remaja. Misalnya, menentang, karena pacar atau seseorang yang ditaksir anak tidak sesuai harapan Anda. 

Empat tip berikut dapat membantu orangtua menghadapi cinta pertama anak remaja, supaya tidak panik dan dapat tetap bersahabat dengan perasaan.

1. Bersikap ramah

Suatu saat anak Anda akan dikunjungi oleh pacarnya. Sambutlah dengan bersahabat dan tidak berlebihan, sekalipun ada kesan yang menurut Anda kurang baik. Orangtua belum mengenal baik pacar anaknya, jadi jangan buru-buru berprasangka buruk dan menghakimi.

Remaja pasti merasa gugup ketika pertama berhadapan dengan orangtua pacarnya. Bukan remaja saja, orang dewasa juga pasti gelisah ketika akan berkenalan dengan calon mertua. Takut jika ada pertanyaan-pertanyaan yang tidak menyenangkan.

2. Terbuka

Selalu terbuka terhadap anak sendiri. Seandainya ada kesan yang kurang baik, bicarakan dengan anak anda. Ungkapkan perasaan khawatir Anda sebagai orangtua, dan berikan kepercayaan pada anak untuk memperhatikan sikap pacarnya.

Jika ada rasa cemas pelajaran sekolah anak akan terganggu akibat pacaran, katakan pada anak Anda untuk sesekali belajar bersama di rumah, saling membantu menyelesaikan tugas sekolah. Orangtua bisa secara tidak langsung ikut memantau perkembangan sekolah anak.

Anak-anak harus diberi kepercayaan agar mereka selalu kembali kepada orangtua sebagai tempat untuk berbicara dan berdiskusi. 

3. Ajari anak berani mengatakan "Tidak!"

"Tubuhmu adalah milikmu" kata-kata ini harus terus diingatkan pada anak-anak. Tubuh mereka mutlak milik mereka sendiri. Tidak ada seorang pun yang berhak terhadap tubuh mereka. 

Dalam hal ini tidak hanya sentuhan bersifat intim saja, tetapi juga tindakan kekerasan yang mungkin saja terjadi, memukul atau tindakan lain yang tidak patut dilakukan.

Anak harus diajari untuk memberi batasan dan berani berkata "tidak!" terhadap tindakan-tindakan di luar batas. Bergandengan tangan, hmmm, tentu boleh dilakukan.

4. Jangan mendikte

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun