Mohon tunggu...
Hennie Engglina
Hennie Engglina Mohon Tunggu... Freelancer - Pelajar Hidup

HEP

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Saya Tidak Lagi Punya Messenger, Kawan

9 November 2019   20:47 Diperbarui: 10 November 2019   06:14 1341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi aplikasi Messenger Facebook| Sumber: techonologue.id

Saya juga tidak membawa laptop ke mana-mana. Pekerjaan saya malah harus tidak memegang gawai sama sekali.

Media sosial tetap ada di hidup saya, tetapi bukan lagi menjadi bagian dari hidup saya sehingga mengharuskan saya untuk setiap hari ada di situ. Media sosial hanya bagai halte di rute perjalanan yang tidak rutin.

Jika harus memilih berada di media sosial atau di Kompasiana, saya memilih di Kompasiana. Membalas komentar, melakukan kunjungan balasan ke tulisan mereka yang telah votcom di tulisan saya.

Itulah cara saya mengucapkan terima kasih dengan hal yang berarti bagi mereka pula. Itu sudah saya lakukan dari awal menulis di sini.

Menghabiskan waktu saja? Tidak habis dengan sia-sia. Tulisan mereka memberi wawasan kepada saya. Hal-hal yang saya tidak tahu menjadi tahu di segala bidang sesuai spesifikasi artikel mereka masing-masing.

Bayangkan, saya tidak tahu soal ekonomi akhirnya mendapat gambaran tentang ekonomi dari banyak tulisan K'ners di sini. Tentang seni, budaya, tempat wisata, tentang kopi, tentang cengkeh, pemerintahan, politik, dan lainnya. Semuanya ada disini.

Tidak perlu saya jadi ahli karena itu, tetapi saya menjadi tidak benar-benar buta tentang itu karena tulisan mereka. Terima kasih "kawans".

Sekali waktu K'ners Indria Salim menulis tentang petir. Saya berkomentar di tulisan itu, bahwa saya ingat kisah Mbak Indria nyaris tersambar petir. Mbak Indria membalas komentar saya dengan terkejut karena kisah itu ditulisnya sudah sangat lama, yakni 5 November 2013.

Saya membaca itu setahun lalu. Mengapa saya masih ingat? Karena saya tidak asal votcom, tetapi saya benar-benar membaca.

Bahkan, tulisan-tulisan Islami pun saya baca. Salah satu tulisan yang mengandung nasihat bersifat Islami yang sesekali ditopang dengan ayat Alquran yang suka sekali saya baca adalah tulisan Pak Ustaz H Edy Supriatna Syafei. 

Andai saja para pemuka agama menyampaikan ajaran agama seperti cara beliau, saya kira maksud dari suatu dakwah itu terpenuhi, yakni menyampaikan isi kitab suci untuk diketahui dan dilakukan bagi penganutnya bukan untuk menabur kebencian dan permusuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun