Mohon tunggu...
Hennie Engglina
Hennie Engglina Mohon Tunggu... Freelancer - Pelajar Hidup

HEP

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Gnothi Seauton"!

8 April 2019   05:58 Diperbarui: 8 April 2019   17:55 1668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Artinya: "Kenalilah (= ketahuilah) dirimu sendiri!"

Demikian anjuran Socrates, filsuf dari Athena, Yunani (469 SM-399 SM). Menurut Socrates, Gnothi Seauton adalah hal yang harus dilakukan oleh manusia. Suatu bentuk kontemplasi perihal diri sendiri.

Mengapa tiba-tiba saya ingin menulis hal ini? Fadli Zon. Fadli Zon? Ya. Fadli Zon. Fadli Zon (FZ) menginspirasi saya menulis ini.

Seperti diberitakan oleh media, bahwa Sri Mulyani Indrawati (SMI) kembali dinobatkan sebagai Menteri Keuangan terbaik se-Asia Pasifik tahun 2019 versi majalah FinanceAsia. Dengan demikian, telah tiga kali Beliau mendapat penghargaan yang sama, yakni tahun 2017, 2018, dan tahun ini.

Namun, FZ menanggapinya seperti ini:

Twitter@fadlizon
Twitter@fadlizon

FZ rupanya adalah pribadi yang bersungguh-sungguh dalam perannya sebagai seorang oposan atau anggota dari partai oposisi, Gerindra, yakni menjadi penentang dan pengritik. Akan tetapi, apakah seorang oposan tidak dapat lagi melihat yang baik?

Totalitas FZ mengingatkan saya akan jenis pribadi yang ibaratnya adalah bagaikan seorang yang bersungguh-sungguh mencermati lumpur dengan seksama sehingga tanpa sadar ia telah ada di dalam lumpur pula. Oleh sebab itu, matanya tidak lagi melihat langit yang biru. Yang ada hanya lumpur semata.

Tiga tahun berturut-turut SMI mendapat penghargaan itu. Artinya, orang luar saja bisa melihat, bahwa ada yang patut dihargai dari kerja SMI selaku Menkeu di NKRI. Akan tetapi, FZ tidak menghargai itu. Yang baik pun dilihatnya "lumpur".

Mungkinkah FZ sudah tidak dapat lagi melihat "langit yang biru"? Jika demikian, pertanyaan saya: Penghargaan apa yang sudah diberikan oleh dunia kepada FZ hingga mengharumkan nama Indonesia di mata dunia?

Gnothi Seauton!

FZ menjadi salah satu pribadi yang belakangan menjadi suatu refleksi hidup buat saya. Juga, dari mereka yang kerap melihat "lumpur" orang lain di kemudian hari "lumpur"-nya terkuak.

Misalnya, yang belakangan, Andi Arief. Ia begitu hebat mengritisi orang lain. Di kemudian hari ia tertangkap menggunakan narkoba. Dan, beberapa hari ini video call pribadi yang mirip Ferdinand Hutahaean dengan seorang wanita beredar di dunia maya.  

Semua itu menjadi catatan penting yang harus kita renungkan. Jangan melihat selumbar 'serpihan kayu' di mata orang lain, sedangkan balok di dalam mata sendiri tidak terlihat.

Secara pribadi, saya pun memeriksa diri saya, bahwa jangan sampai bahkan jangan-jangan mataku pun hanya melihat "lumpur" di diri orang lain. 

Jangan-jangan saya tidak lagi dapat melihat "langit biru" yang dimiliki FZ seperti banyak orang saat ini tanpa sadar telah terhisap ke dalam "lumpur politik" sehingga tak lagi dapat melihat "langit biru" pada lawan politik atau pada pilihan yang berbeda dalam rangka Pilpres dan Pileg 2019 ini.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita mungkin kerap hanya melihat "lumpur" pada diri orang lain tanpa bertanya: "Saya sendiri, bagaimana?"; melihat "lumpur" pada rumah tangga orang, "Rumah tangga sendiri, bagaimana?"; melihat "lumpur" pada kerja orang lain, "Kerja sendiri, bagaimana?"; melihat "lumpur" pada hidup orang lain, "Hidup sendiri, bagaimana?", dan lainnya.

Kita terlalu sibuk menyodorkan cermin bagi orang lain hingga kita sendiri tidak punya waktu untuk bercermin. Kita menjadi tidak terbiasa melihat diri sendiri. Tidak sadar akan diri kita sendiri. Tidak sadar akan apa yang kita buat.

Keyakinan akan bagian yang benar pada diri kita telah membuat kita mengangkat tumit terhadap orang lain. Padahal yang benar itu hanyalah bagian dari diri kita bukan keutuhan siapa diri kita.

Kita rentan sombong. Mudah merasa diri lebih dari orang lain sehingga mengecilkan orang lain. Asal ada saja kelebihan di diri, dada gegas membusung. Puji syukur, Tuhan itu adil. Orang yang direndahkan, ditinggikan-Nya. 

Telah banyak contoh fakta kehidupan yang seyogianya sudah membuat kita mengerti untuk  tidak menjadi pribadi yang hanya mengetahui diri orang lain, tetapi tidak mengenal diri sendiri.

Seseorang yang hanya melihat lumpur semata tidak menyadari bahwa ia pun telah berlumpur.

Gnothi Seauton! "Kenalilah (= ketahuilah) dirimu sendiri!"

Salam. HEP.-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun