Mohon tunggu...
Heni Mulyana
Heni Mulyana Mohon Tunggu... Guru - Guru

Mengajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi Modul 3.1

16 April 2023   12:53 Diperbarui: 16 April 2023   12:59 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

  • Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Ki Hadjar Dewantara adalah tokoh pendidikan Indonesia, beliau terkenal juga dengan Filosofis Pratap Triloka yang sangat terkenal tiga semboyan yaitu ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Semboyan tersebut memiliki arti di depan memberi teladan, di tengah memberi motivasi dan di belakang memberikan dukungan. Dari tiga semboyan tersebut, Tut Wuri Handayani digunakan sebagai Slogan Pendidikan di Indonesia. KHD menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. Ini sesuai dengan tugas guru sebagai pemimpin pembelajar. Disinilah peran guru sebagai pemimpin pembelajaran dituntut untuk dapat mengelola pembelajaran yang berkualitas dengan memanfaatkan sarana dan prasarana di sekitar. Penggunaan teknologi digital juga memiliki efek negatif. Peran guru dalam mengambil keputusan dalam pemimpin pembelajaran diuji. Guru diharapkan mampu mengelola pembelajaran dengan memanfaatkan sarana teknologi dengan meminimalkan atau bahkan menghilangkan efek negatif dari sarana tersebut. Hubungan slogan yang ketiga pada Pratap Triloka, tut wuri handayani dengan peran guru sebagai pemimpin pembelajaran adalah seorang guru mendukung dalam pengembangan potensi siswa. Setiap siswa memiliki potensi pribadi masing-masing.

  • Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Dalam menjalankan perannya, tentu seorang pemimpin di sekolah akan menghadapi berbagai situasi dimana ia harus mengambil suatu keputusan dimana ada nilai-nilai kebajikan universal yang sama-sama benar, namun saling bertentangan, situasi tersebut di sebut dengan dilemma etika, Pengambilan  keputusan bukan hal yang mudah, di perlukan keberanian dan rasa percaya diri, karena kita akan menyadari bahwa setiap pengambilan keputusan akan merefleksikan integritas sekolah tersebut, nilai-nilai apa yang dijunjung tinggi oleh sekolah tersebut, dan keputusan-keputusan yang diambil kelak akan menjadi rujukan atau teladan bagi seluruh warga sekolah dan lingkungan sekitarnya.

  • Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada sebelumnya.

Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada
solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan
atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi
dari coachee (Grant, 1999). Melihat pernyataan tersebut, keterampilan Coaching ini membekali seorang guru untuk menjadi Coach dan sebagai pemimpin pembelajar bagi dirinya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berbobot untuk memprediksi hasil, dan melihat berbagai opsi solusi sehingga dapat mengambil keputusan yang baik.

  • Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Untuk mengambil keputusan khususnya masalah dilema etika yang bertanggung jawab, diperlukan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills). Proses pengambilan keputusan seharusnya juga dilakukan dengan kesadaran penuh (mindful) dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada.

  • Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Nilai-nilai yang dianut seorang pendidik seperti rasa Keadilan, Keselamatan, Tanggung Jawab, Kejujuran, Rasa Syukur, Lurus Hati, Berprinsip, Integritas, Kasih Sayang, Rajin, Berkomitmen, Percaya Diri, Kesabaran, Keamanan, dan lain-lain. Atau dikenal dengan nilai-nilai kebajikan universal. Semakin baik pemahaman dan karakter seorang pendidik tentang rasa yang berpihak pada murid semakin peka dan semakin tepat memberikan keputusan baik itu masalah moral ataupun etika.

  • Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Sesulit apapun keputusan yang harus diambil untuk permasalahan yang sama-sama benar, sebagai seorang pemimpin , kita perlu mendasarkan keputusan kita pada 3 unsur yaitu berpihak pada murid, berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal, dan bertanggung jawab terhadap segala konsekuensi dari keputusan yang diambil, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman, dan perasaan tenang.

  • Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Dalam pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika seringkali berbagai kepentingan saling bersinggungan, dan ada pihak-pihak yang akan merasa dirugikan atau tidak puas atas keputusan yang telah diambil. Tentu berkaitan dengan perubahan peradigma di lingkungan, seperti yang terjadi di sekolah tempat saya berdinas, kepala sekolah memutuskan kasus dilema etika, tanpa mempertimbangkan pendapat para wakasek, sementara di lingkungan yang sudah ada paradigmanya harus perpedoman pada adhiwiyatha. 

  • Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita, semakain kita terlatih mengambil dan mengkaji keputusan semakin peka dan tepat dalam mengambilan keputusan yang berpihak pada murid. Memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda, inilah yang di maksud dengan pembelajaran melihat kodrat dan zaman murid, kita harus pandai menempatkan diri, dan harus juga memahami teknologi di era globalisasi

  • Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Ketika seorang pemimpin pembelajaran keliru dalam pengambilan keputusan, maka akan berpengaruh terhadap kehidupan atau masa depan murid-muridnya, namun juga terhadap dirinya, jadi tetaplah berlatih untuk memahami keadaan murid-murid, karena mereka akan mengingatnya sampai akhir hayatnya.

  • Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun