Mohon tunggu...
Hengky Dwi Cahyo
Hengky Dwi Cahyo Mohon Tunggu... Buruh - Tukang Nyeting Server Dell, HP, Sophos, Fortigate, Mikrotik dan Networking

CEO Hens Automotive Services - Bengkel Spesialis Electronic & Engine Mercedes Benz www.tokoplakat.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jangan Biarkan Rasa Malu dan Empati Terkikis dari Hati

24 November 2020   14:47 Diperbarui: 24 November 2020   15:30 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jangan Biarkan Rasa Malu dan empati Hilang Dari Hati

Peristiwa berapa hari ini memang sangat menyita perhatian apalagi pasca kepulangan salah satu tokoh ormas yang sudah beberapa tahun harus hidup dan terbelit beberapa kasus di suatu negara Saudi Arabia. Setelah kepulangan tokoh itu situasi perpolitikan di tanah air yang sudah panas karena pandemi virus covid 19 menjadi semakin bertambah panas, dimulai dari kisruh penjemputan di Bandara Internasional Soetta dan arak-arakan sehingga membuat chaos dibandara sendiri hingga daerah sekitarnya, masih dihari yang sama salah satu anggota elit ormas tersebut menebar statement psy-war hyperbola bahwa yang jemput itu baru sekian persen belum semuanya loch...!.

Kisah itu kemudian disambung dengan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di dua tempat, satu daerah Jakarta dan satu didaerah bogor yang masuk dalam provinsi Jawa Barat bahkan konon dalam Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW tersebut kata-kata kurang pantas dari Tokoh ormas yang baru pulang dari Arab terkait komentar salah satu artis tanah air yang banyak menuai komentar dari berbagai pihak yang rata-rata kalau dirangkum dalam satu kata yaitu "tidak pantas dalam acara maulid manusia yang terkenal sangat mulia Rosulullah Muhammad SAW yang terkenal dengan kebaikan ahklaknya & juga sangat masyur punya kesabaran yang luar biasa kemudian digunakan untuk membuat mencerca dan menghina". Apalagi yang mencaci saat acara Maulid Nabi itu selalu menkampanyekan kalau dirinya adalah keturunan Nabi dari garis Ali bin Abi thalib dan Fatimah binti Muhammad (Habaib).

Ya memang Rosulullah Muhammad SAW tidak mengajarkan kepada umatnya untuk mencerca dan menhina siapapun.

Kisah acara Maulid Nabi tidak hanya menimbulkan kisruh cercaan dan hinaan semata namun karena kondisi pendemi covid 19 maka setiap orang berkumpul apalagi menimbulkan kerumunan tanpa ada protocol kesehatan yang jelas untuk saling menjaga agar tidak terpapar wabah covid yang yang juga belum jelas sudah ada apa belum antivirusnya.

Belum selesai beberapa kisruh diatas keributan berlanjut ke persoalan baliho dan spanduk yang dicopoti oleh aparatur negara TNI yang konon baliho dan spanduk itu dipasang tanpa ada proses administrasi yang benar alias kalau enak dibilang ya asal pasang persetan dengan semuanya, padahal setiap pemasangan baliho atau spanduk itu memiliki aturan yang sangat jelas.

Cukup sampai disini saja bahas kisruh tentang tokoh ormas karena saya tidak ingin membahas soalan tokoh ormas diatas namun saat ini saya ingin membahas pentingnya rasa malu karena semua kekisruhan diatas memang salah satu permasalahnnya adalah berkurang/hilangnya rasa empati dan perasaan rasa malu.

Sebelum membahas Empati dan Rasa Malu mari kita pahami satu persatu tentang apa itu empati dan Rasa Malu Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI):

  • empati/em*pa*ti mpati adalah keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain
  • Malu/Ma:lu adalah merasa sangat tidak enak hati (hina, negatif, rendah, dsb) krn berbuat sesuatu yg kurang baik (kurang benar, berbeda dng kebiasaan, mempunyai cacat atau kekurangan, dsb)

Perlu diingat bahwa empati & malu adalah salah satu sifat mulia Rosulullah karena dalah satu kesuksesan dakwah Beliau adalah karena rasa empati yang sangat tinggi ditambah punya rasa malu yang tinggi tercermin dari berbagai kisah yang di tulis oleh para sahabat hingga sampai saat ini sifat empati dan punya rasa malu yang tinggi masih relevan untuk dijadikan cerminan hingga saat ini padahal pelajaran empati dan rasa malu itu sudah hampir berumur 1500 tahun. Bahkan saking pentingnya punya rasa malu sampai Rosul berpesan khusus berpesat pada umatnya seperti di cerirakan oleh Abu Mas'ud Uqbah bin Amr Al-Anshari Al-Badri RA kemudian Riwayatkan oleh HR. Bukhari Hadist 20 No : 3484, 6120 yang berisi sebagai berikut :

-- -- : : " : " .

Rosulullah Muhammad SAW Bersabda:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun