Mohon tunggu...
Hendri Teja
Hendri Teja Mohon Tunggu... Novelis - pengarang

Pengarang, pengemar narasi sejarah. Telah menerbitkan sejumlah buku diantaranya: Suara Rakyat, Suara Tuhan (2020), Tan: Gerilya Bawah Tanah (2017), Tan: Sebuah Novel (2016) dan lain-lain. Untuk narasi sejarah bisa salin tempel tautan ini: Youtube: https://www.youtube.com/@hendriteja45

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Anies-Khofifah Akan Berlayar Untuk Karam?

8 Maret 2023   12:12 Diperbarui: 8 Maret 2023   12:17 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wacana memasangkan Anies-Khofifah kembali riuh begitu Ketum Demokrat, AHY, resmi menyatakan Demokrat mengusung Anies Baswedan sebagai Bacapres 2024.

Wacana ini patut disyukuri karena memperpanjang durasi dan memperluas spotlight media dan perbincangan publik terkait Anies.

Namun, karena Koalisi Perubahan berlayar untuk sampai tujuan, bukan cuma pergi berlayar kemudian karam di tengah jalan, maka opsi ini perlu ditimbang matang-matang.

Pertama, sekuat apa Khofifah di Jawa Timur? Khofifah sudah tiga kali berlaga di Pilgub Jatim. Namun, baru pada kali ketiga kemenangan direngkuhnya. Dua kali pilgub, Khofifah kalah melawan kandidat dari Demokrat. Kali ketiga, ia menang setelah maju bersama kandidat dari Demokrat.

Artinya, dukungan Demokrat merupakan faktor penentu kemenangan Khofifah. Wajar. Jatim adalah salah satu lumbung suara Demokrat. Loyalis dan simpatisan SBY dan AHY meluas dan menyebar hingga ke tingkat akar rumput di Jatim.

Kedua, sejauh mana posisi sebagai Ketum PP Muslimat NU mendongkrak elektabilitas Khofifah? Merujuk sejarah, Khofifah menjabat Ketum PP Muslimat NU sejak tahun 2000. Namun, ia tetap kalah Pilgub Jatim 2008 dan 2013.

Mengapa begitu? Mari mengacu pandangan Ketum PB NU KH Yahya Cholil Staquf, yang menyebut "NU pada dasarnya merupakan milik semua orang." Karena tiada seorangpun yang secara realistis punya kapasitas untuk mengklaim NU, membuat NU kultural tak selalu linier dengan NU politik.

Makanya, kaum nahdliyin yang sangat melek politik itu cenderung mengacu "may the best person win!" Jika ada sosok yang dinilai lebih mumpuni, kaum nahdliyin secara rasional akan mendukungnya.

Ini bukan hanya kasus Khofifah pada Pilgub Jatim 2008 dan 2013. Kita bisa berkaca pada Pilpres 2004. Kala itu ada dua kandidat berlatar NU yang berlaga, yakni Salahuddin Wahid dan Hasyim Muzadi. Faktanya di putaran 1 dan 2, SBY-JK mendominasi Jatim dan provinsi-provinsi lain yang menjadi kantung suara NU.

Ketiga, patut menimbang perspektif kalangan pro perubahan. Anies dan Khofifah punya historis sebagai orang Jokowi. Berbeda dengan Anies yang sudah kena sleding-banting oleh rezim sehingga dinisbahkan sebagai sosok "perubahan", Khofifah belum purna alih posisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun