Mohon tunggu...
Hendri Aprilianto
Hendri Aprilianto Mohon Tunggu... -

Seorang bapak satu orang istri dan satu orang anak. Lahir dan besar di Bumi Sri Gemilang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Abang Becak, Nasibnya Kini

2 Januari 2010   21:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:39 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Anda yang sudah menghirup udara dunia fana ini di era 70 dan 80-an barangkali tahu bahkan mungkin sudah sangat akrab dengan alat angkutan yang menggunakan tenaga manusia seperti becak. Setiap hari sudah barang tentu akan mendengar deringan lonceng becak yang kebetulan lewat tepat di depan rumah anda memanggil penumpang atau sekedar meminta jalan untuk numpang lewat.

Tak ubahnya di tempat saya jenis angkutan yang satu ini dahulu bahkan sampai sekarang masih ada. Pada era tahun 70 dan 80-an profesi penarik becak masih menjanjikan untuk dapat menopang hidup dan sarana mencari nafkah. Sebab jenis angkutan dan kendaraan modern seperti saat ini masih dapat dihitung dengan jari jumlahnya terutama di daerah dimana saya berdomisili.

Kenyataan memang meskipun mereka berfrofesi sebagai penarik becak, terkadang dari sekian banyak para penarik becak masih ada yang mampu untuk menyekolahkan anaknya sampai ke perguruan tinggi hingga menjadi sarjana.

Melihat kondisi dan keadaan para penarik becak sekarang, terkadang timbul rasa iba sendiri dalam hati saya. Kalau ditanya hati nurani mereka yang paling dalam guman saya, saya sangat yakin mereka tidak akan mau menjalani profesi sebagai penarik becak jika ada pekerjaan lain yang bisa mereka kerjakan.

Namun apa hendak dikata disamping lapangan kerja yang layak sangat sulit didapat bahkan tidak tersedia buat mereka-mereka yang terpinggirkan, pun para penarik becak ini kebanyakan tidak memiliki pendidikan formal dan keterampilam yang memadai buat beralih ke profesi lain yang lebih menjanjikan buat menghidupi keluarga mereka.

Kini zaman sangat cepat mengalami perubahan dan pergeseran, kota yang dulu kecil sekarang mengalami perkembangan dan perluasan. Dahulu orang yang tinggal di kota kecil semisal kabupaten seperti saya cukup hanya berjalan kaki atau memanfaatkan jasa abang becak ke pasar, kesekolahdan sebagainya, sekarang orang sudah mesti naik kendaraan minimal kendaraan roda dua karena terjadi perluasan kota dan pertambahan penduduk sehingga jarak tempuh yang sudah jauh.

Alhasil jumlah pengguna jasa abang becak semakin hari semakin menyusut saja. Hampir setiap orang sudah memiliki kendaraan pribadi untuk pergi kemana-mana. Hal ini karena pelaksanaan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat berangsur-angsur membaik dan membuahkan hasil. Namun perlu juga dicatat disamping keberhasilan tersebut masih banyak lagi yang perlu di angkat tingkat dan taraf kehidupan warga masyarakat kita terutama yang tinggal dipinggiran semisal abang becak ini.

Dengan berkurangnya orang memanfaatkan jasa penarik becak, sudah barang tentu penghasilan mereka tidak seberapa lagi. Terkadang sudah sekian jam menunggu di persimpangan tak satupun ada orang yang hendak memanfaatkan jasa mereka, sampai-sampai mereka tertidur kelelahan di becak mereka sendiri dengan wajah yang penuh pengharapan, dengan pakaian sedikit agak lusuhmenunggu penumpang. Dan jika hari sudah mulai gelap maka mereka pun pulang dengan wajah lesu dan lunglai.

Setiap kali saya menjumpai pemandangan yang demikian, apalagi si abang becak itu sudah kelihatan tua, kulit yang sudah keriput, gigi yang sudah tidak utuh lagi, tulang dan persendiaanya yang mungkin tidak sekuat waktu dia muda, hati saya selalu merasa kasihan dan berguman “apakah yang akan dibawa pak tua ini kerumah nantinya buat anak istrinya sepulang seharian bekerja menarik becak, kuatkah tulang dan persendiannya mengayuh pedal becak untuk menapaki jalan yang mendaki, masihkan ada harapanhidup layak buat dirinya ditengah arus zaman yang sudah dipenuhi persaingan.

Apalagi saat ini sebagian orang sudah terjebak dalam gaya hidup konsumtif, mementingkan diri dan kelompoknya sendiri, apatis dan tidak peduli pada orang dan lingkungannya , sungguh terasa begitu berat hidup bagi si abang becak jika terus-menerus menekuni profesi ini tanpa bisa berusaha dan beralih pada profesi dan pekerjaan layak lainnya. Mestinya mulai sekarang, terutama di tempat saya, para penarik becak perlu mengantisipasi dan mereformasi diri untuk menghadapi arus perubahan dan perkembangan zaman. Meminjam istilah orang-orang hebat agar para penarik becak tidak menarik becak lagi untuk bisa “survive”.

Sungguhpun zaman berubah dan itu sudah kehendak Allah, setiap kita hendaknyajangan pernah berputus asa dan harapan dari rahmat dan kasih sayang Allah. Allah maha adil dan bijaksana serta tahu apa yang baik buat hambanya, teruskan perjuanganmu abang becak. Wallahu’alam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun