Mohon tunggu...
Hendri Muhammad
Hendri Muhammad Mohon Tunggu... Wiraswasta - Welcome Green !! Email: Hendri.jb74@gmail.com

... biarlah hanya antara aku dan kau, dan puisi sekedar anjing peliharaan kita

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Hunian Terjangkau Pasca Tragedi "Grenfell Tower" di London

22 Oktober 2017   01:28 Diperbarui: 22 Oktober 2017   19:09 1062
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: en.wikipedia.org

Tahun ini, perhatian besar ditujukan pada hunian terjangkau (affordable housing) di banyak kota-kota di dunia, jauh lebih besar dari yang bisa kita ingat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Dan seperti biasa, butuh sebuah "tragedi" hingga memungkinkan hal ini bisa terjadi.

Horror mengerikan itu terjadi pada tanggal 14 Juni 2017 dini hari di Kensington Utara, wilayah Royal Borough of Kensington and Chelsea, bagian barat Kota London. Korsleting listrik yang awalnya bersumber dari lemari es di salah satu flat telah memunculkan percikan api yang memicu kebakaran yang dengan cepat menjalar ke seluruh bangunan gedung bernama Grenfell Tower setinggi 24 lantai. Tragedi ini menimbulkan korban tewas sebanyak 80 orang dan lebih dari 70 orang luka-luka.

Kebakaran di Grenfell Tower mengagetkan banyak orang di Inggris tidak hanya karena berita menyedihkan tentang puluhan korban jiwa dan ratusan lainnya yang tiba-tiba kehilangan tempat tinggal. Tapi lebih karena sebelum peristiwa kebakaran terjadi, para penghuni telah memperingatkan pihak pengelola gedung tentang "kondisi yang tidak aman" yang mereka hadapi selama bertahun-tahun, sesuatu yang mencerminan sikap abai yang tidak biasa terjadi di sebuah negara maju sebesar Inggris.

Pengelola Grenfell Tower adalah Kensington and Chelsea Tenants Management Organisation (KCTMO), sebuah perusahaan non-profit yang ditunjuk oleh otoritas lokal yang bertanggung jawab terhadap perbaikan dan pemeliharaan bangunan-bangunan milik pemerintah Kota London. Dalam tren yang belakangan lazim terjadi, pola kerja KCTMO dilakukan dengan mengontrak wilayah-wilayah di London untuk membangun atau merenovasi menara (tower) apartemen untuk meningkatkan supply hunian terjangkau yang dapat di akses warga berpenghasilan rendah dalam bentuk sewa maupun beli.

Masalahnya adalah KCTMO kerapkali menyediakan unit-unit hunian terjangkau yang tidak sesuai "standard", dengan berbagai macam alasan, misalnya membiarkan sebuah tower apartemen hanya dengan satu tangga darurat - sebuah jalur "exit" yang telah gagal dikelola dengan baik oleh manajemen gedung pada kasus Grenfell Tower.

Tragedi ini telah memicu perdebatan yang panas dalam skala nasional di Inggris, tidak hanya terkait dengan aspek "safety"bangunan, tapi lebih jauh tentang buruknya kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintahan lokal London dan juga pemerintah pusat Inggris untuk menyediakan hunian terjangkau yang sesuai dengan prinsip-prinsip kesetaraan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, pada saat Kota London justru berada pada kondisi krisis perumahan yang akut.

Laporan-laporan yang belakangan mulai bermunculan seolah-olah makin mengukuhkan carut-marut pengelolaan hunian terjangkau yang dilaksanakan oleh pemerintah lokal dan pusat di Inggris.

Sebuah laporan tahun 2011 bahkan menunjukkan bahwa tiga perempat blok perumahan sosial di Inggris berpotensi tidak aman dari kebakaran. Laporan ini melengkapi laporan-laporan lainnya yang pernah tercatat tentang pengabaian, ancaman, dan ketidakpedulian otoritas lokal terhadap para penyewa yang berpenghasilan rendah, sebuah realitas yang tampak sangat pahit mengingat kekayaan daerah yang luar biasa secara keseluruhan.

Kisah yang terjadi di Grenfell Tower London ini sebenarnya merupakan refleksi dari masalah-masalah yang sehari-hari terjadi di kota-kota lain di seluruh dunia.

Pada minggu yang sama dengan peristiwa kebakaran di Grenfell Tower, sebuah pengadilan Nigeria memutuskan bahwa pemerintah telah bertindak secara tidak konstitusional ketika secara paksa mengusir lebih dari 5.000 orang dari daerah kumuh tepi laut di Lagos.

Pada bulan Maret 2017, sebuah tanah longsor di tempat pembuangan sampah terbesar di Ethiopia menewaskan setidaknya 65 orang, yang meratakan rumah-rumah genting yang dibangun di atasnya. Dan pada saat menjelang Olimpiade 2016, Rio de Janeiro diperkirakan telah mengungsikan sekitar 60.000 orang untuk memberi jalan bagi fasilitas-fasilitas baru, hingga kerentanan warga masyarakat yang tinggal di wilayah kumuh (favelas) di Brasil lalu muncul kepermukaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun