Mohon tunggu...
Hendra Wattimena
Hendra Wattimena Mohon Tunggu... Mahasiswa - Alumni Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Pattimura

Blogger di www.sudutplambon.com, banyak membahas seputar dunia pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Sejuta Cita, Sejuta Kisah, Sejuta Perjuangan (Catatan Perjuangan Kehidupan)

8 Maret 2021   01:34 Diperbarui: 8 Maret 2021   01:38 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


 "Tidak ada usaha keras yang mengkhiantai hasil. Jika hasilmu masih berkhianat, berarti usahamu harus lebih keras lagi" (sejutacita.id). Kutipan sejuacita.id diatas telah mengubah cara pandangku tentang bagimana mengerti artinya perjuangan, kegagalan dan kesuksesan. Namaku Abdul Fikri ( Bukan nama sebenarnya), lahir sebagai anak ke-3 dari 5 orang bersaudara. Aku tumbuh besar pada lingkungan sederhana jauh dari perkampungan, rumahku berada pada perkebunan jadi rumahku tak ada listrik tak ada TV, jika belajar aku dan saudara-saudaraku harus belajar pada terangnya cahaya lampu pelita, namun kami tetap semangat untuk ke sekolah walaupun kami harus berjalan kaki menempuh berkilo-kilo jauhnya, tapi tak pernah menyurutkan semangat kami untuk bersekolah.


Ayaku adalah seorang guru dan juga berkerja serabutan di kebun untuk memenuhi kehidupan keluarga. Pendidikan terakhirnya hanya sampai Diploma dua (DII) dia tak berniat melanjutkan sekolah untuk mendapatkan gelar sarjana tapi ia lebih mementingkan masa depan anak-anaknya, tekatnya  yaitu semua anaknya harus menjadi sarjana. Alhasil sekarang  3 anaknya suda sarjana aku dan adiku sementara menempuh perguruan tinggi.Walau kami  hidup serba keterbatasan tapi  soal prestasi jangan diragukan , sejak SD sampai SMA aku selalu menajadi juara di kelas begitu dengan saudari-saudariku, Aku sering mewakili sekolah mengikuti berbagi  perlombahan, pernah menjadi sekretaris osis, dua kali menjabat Ketua Osis juga di SMP, dan dua kali berturut-turut menjadi wakil ketua osis di SMA. Sejak kecil aku suda bercita-cita menjadi seorang dokter, alasanku untuk menjadi seorang dokter karena misi besarku untuk bisa membantu orang yang kesusuahan untuk dapat berobat secara gratis.

 Namun sayangnya cita-cita yang saya impikan tidak bisa diwujudkan karena faktor biaya. Singkat cerita lulus SMA aku lolos SNMPTN dan diterima di salah satu universitas di Kotaku.
Awal kuliah adalah masa-masa berat dalam keluargaku karena pada saat yang bersamaan adikku akan masuk SMA, kakakku yang nomor 2 harus membayar uang kuliah, sedangkan kakak yang nomor  3 sedang persiapkan skripsi buat wisuda, saat itu kami sanggat membutukan banyak biaya, untung saja aku mendaptkan beasiswa, tapi untuk ketempat kuliah aku harus membutukan biaya, kemudian harus mempersiapkan berbagi perlengkapan dan juga untuk indekos, benar-benar membutukan banyak biaya, aku hampir putus asa untuk tidak melanjutkan kuliah tapi, ayahku berpesan apaun yang terjadi kamu harus kuliah, soal biaya jangan dipikirkan, sedikit demi sedikit ayah dan ibuku berusaha mencari uang, kami sekeluarga bergotongroyong berkerja mengumpulkan kelapa milik kita dan menjadikanya kopra, namun sayangnya harga kopra saat itu sanggat murah dan hanya cukup buat membayar uang kuliah kakakku sedangkan kami masih membutuhkan banyak biaya. 

Diwaktu-waktu sulit tinggal tiga hari aku diharus ke tempatku kuliah untuk mendaftar ulang, suda tidak punya uang apa-apa ibu dan ayah berpesan berdoalah pasti tuhan buka jalan. Akirnya ayaku terpaksa menggadai BPKB motor miliknya ke koperasi, singkat cerita aku pun berkuliah, untuk menghemat biaya aku dan salah satu temanku ngekos satu kamar, banyak sekali cerita selama didalam kos, jika tidak ada uang untuk makan kami harus bertahan dengan minum air putih, atau makan sedikit nasi yang dibagi dua dengan kerupuk dan sambal, kami hanya makan satu kali dalam sehari, sangat pedih rasanya jika memikirkanya, aku pun memutar otak untuk mencari uang menambah biaya  hidupku, akhirnya aku memilih mengikuti berbagai perlombahan  jika juara uangnya aku gunakan buat makan dan bayar kos jika ada kelebihan aku kirim buat ibu. 

Kurang lebih 4 tahun aku bertahan hidup dengan uang hasil mengikuti perlombaan. Memang masa-masa kuliah adalah masa yang paling berat untukku, terkadang akan berfikir ingin berhenti saja namun aku kembali berfikir  bagimana perjuangan kedua orang tuaku yang relah berpanas-panasan berkerja untuk membiayai perkuliahanku. , tapi tekatku sudah bulat aku  harus membanggakan kedua orang tuaku dan dapat menginspirasi dan berguna bagi banyak orang. walau hidup ditengah keterbatasan tak akan menghentikan langkahku untuk terus maju aku, akan selalu berusaha, aku tak akan berhenti  berkarya, karena hidup adalah perjuangan dan diam adalah penghianatan.
 Perlahan tapi pasti aku terus berjuang menempuh bangku kuliahku. Banyak sekali godaan yang aku temui akan tetapi aku tetap tabah dan terus berjuang melewati tahap demi tahap. Dan tiba saatnya hari dimana aku wisuda walau aku tak bisa membahagiakan kedua orang tuaku dengan prestasiku sebagai lulusan terbaik tapi aku bersyukur suda ada sampai di saat dimana aku akan menyandang gelar sarjana.
Singkat cerita aku selesai bangku perkuliahan, karena keterbatasan ekonomi aku tak melanjutkan ke jenjang lebih tinggi. Aku memutuskan untuk menjadi seorang pengusaha sesuai dengan bakat dan kealihanku yang kudapatkan selama perkuliahan. Bersambung (ceritanya akan dilanjutkan di part kedua minggu depan)
.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun