Mohon tunggu...
Hendra Halomoan Sipayung
Hendra Halomoan Sipayung Mohon Tunggu... Penulis dan konsultan pencitraan -

Saya adalah seorang penulis buku, ghostwriter, marketing online, personal brand consultant. Tinggal di Depok dan bekerja di daerah Ragunan, Jakarta Selatan. Saya bisa dihubungi di nomor 085925077652..Situs: http://konsultasimenulisbuku.com/

Selanjutnya

Tutup

Money

Rauf: Saya Kewalahan Menyediakan Bibit Sawit

15 Desember 2013   09:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:54 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_283938" align="aligncenter" width="448" caption="Rauf mengenakan baju berwarna merah berfoto dengan pembina petani dari Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Morowali"][/caption] Tingginya minat masyarakat di Sulawesi Tengah mengembangkan kebun kelapa sawit membuat bisnis penyediaan penyediaan bibit sawit laris manis. Setidaknya inilah yang dialami Rauf yang kewalahan memenuhi kebutuhan pekebun swadaya.

Rauf, merupakan salah satu penangkar kelapa sawit asal Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan di Sulawesi Tengah, tepatnya di Kecamatan Bungku Barat, Kabupaten Morowali. Ia memulai bisnis ini secara kebetulan. Tahun 2008 ia awalnya ingin membeli benih untuk kebun sawitnya sendiri. Ternyata tidak mudah mendapatkannya di Sulawesi Tengah. Dan apa yang ia alami juga menjadi masalah kebanyakan calon pekebun sawit swadaya di daerahnya.

Beruntung ia tidak asing dengan wilayah Medan, Ibukota Provinsi Sumatera Utara. Pasalnya ia pernah mengeyam pendidikan di Lembaga Pendidikan Perkebunan Medan masuk tahun 1999. Iapun berencana mendapatkan langsung benih ke PPKS. Namun melihat besarnya kebutuhan masyarakat ia mencoba memesan lebih untuk kemudian ia bagikan kepada teman-teman sesama pekebun.

Ternyata dugaannya tidak meleset. Ia memesan benih sebanyak 2.000 kecambah, 1500 untuk kebutuhannya sendiri dan sisanya untuk para pekebun. Ia tangkarkan selama 1 tahun. Dan benar, kelebihan bibitnya laris manis terjual tanpa menunggu waktu lama.

Hal ini membuatnya tertarik menjadi penangkar. Iapun segera mengurus Tanda Registrasi Usaha Perbenihan, lalu memesan kembali kecambah dari PPKS untuk dibibitkan pada tahun 2009 sebanyak 10.000. Ia melakukan pembibitan di atas 2 lahannya masing- masing seluas 3 ha di Desa Parilangke dan 2 ha di Desa Atananga. Bibitnya tersebut juga laris manis. Hal yang sama berlangsung pada tahun 2010. Ia memesan 15.000 kecambah untuk ditangkarkan, dan dalam waktu kurang dari 1 tahun bibitnya laku keras.

Hal ini terus belangsung hingga pada tahun 2013 ini. Ia mengaku sudah menyalurkan sebanyak 21 ribu bibit, dan mendapatkan pesan hingga 70.000 bibit untuk disalurkan pada tahun 2014. “Minat masyarakat membeli bibit bermutu cukup tinggi. Hanya saja stok yang ada di kebun saya terbatas. Pesanan lebih dari 50.000 batang cukup membuat saya kewalahan”, jelasnya.

Ia memperkirakan jika 5 tahun yang akan datang permintaan akan semakin melejit mengingat ada sejumlah kebun di Morowali yang akan di replanting.

[caption id="attachment_283939" align="aligncenter" width="448" caption="Bibit di penangkaran milik Rauf "]

13870739541109343809
13870739541109343809
[/caption]

Menjual Varietas Handal

Namun yang menarik adalah Rauf tidak semata-mata menjual bibit asal PPKS namun juga varietas sawit terbaru asal sumber benih tersebut. “Saya saat ini menangkarkan varietas-varietas terbaru seperti D x P 239 dan 540. Saya pesan dari PPKS jenis ini karena saya tahu bahwa ini yang terbaik”.

Menurutnya kelebihan dari kedua varietas ini adalah produksi TBSnya bisa mencapai lebih dari 30 Ton/ha/tahun. Selain itu kedua varietas ini disukai pabrik karena memiliki rendemen minyak yang cukup tinggi. Khusus untuk jenis D x P 239, selain menghasilkan CPO yang tinggi juga menghasilkan PKO hingga 1 Ton/ha/tahun.

Ketika ditanya soal bagaimana mekanisme pemesanan bibit dari penangkarannya. Rauf menjawab bahwa ia mengharapkan adanya pemesanan terlebih dahulu. “Artinya kapan konsumen butuh bibit, misalnya dalam waktu 9 sd 12 bulan yang akan datang, maka saat ini bisa dilakukan kontrak kerjasama. Karena saat ini sebagian besar stok bibit yang saya punya adalah pesanant”.

Melihat kondisi pasar yang masih cukup besar Rauf meyakini beberapa tahun yang akan datang bisnis bibit masih cukup bergairah, khususnya bagi pekebun swadaya. "Apalagi ke depannya beberapa kebun akan melakukan peremajaan", ungkapnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun