Mohon tunggu...
Hendra Purnama
Hendra Purnama Mohon Tunggu... Freelancer - Seniman yang diakui negara

Penulis yang tidak idealis, hobi menyikat gigi dan bernapas, pendukung tim sepakbola gurem

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Hasil Piala Dunia 2022: Jepang Tekuk Jerman 2-1, Pembuktian Semangat Samurai

24 November 2022   16:46 Diperbarui: 24 November 2022   18:51 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(AP Photo/Ricardo Mazalan)

Seperti yang kita tahu, secara geografis Jepang adalah negara yang minim sumber daya alam, namun hal ini justru memotivasi orang-orang Jepang untuk membuktikan bahwa negaranya tidak kalah hebat dari negara lain yang kaya dengan sumber daya alam. Bagi orang Jepang, "hidup itu adalah bekerja dan belajar". Karena itulah orang Jepang selalu menyambut hari dengan semangat, kerja keras dan berusaha memberikan hasil yang terbaik. 

Etos kerja mereka terinsipirasi dari pejuang samurai, yang disebut semangat Bushido. Semangat ini secara naluriah melahirkan proses belajar tak kenal lelah, dan selalu berusaha melakukan perbaikan setiap ada kesempatan. 

Semangat Bushido sendiri merupakan etika moral bagi kaum samurai. Bushido lahir pada zaman Kamakura (1185-1333) dan terus berkembang hingga zaman Edo (1603-1867). Bushido menekankan beberapa kombinasi dari kesederhanaan, kesetiaan, penguasaan seni bela diri, dan kehormatan sampai mati. Lahir dari ajaran Neo-Konfusianisme selama masa damai Tokugawa dan mengikuti teks Konfusianisme, Bushido juga dipengaruhi oleh Shinto dan Buddhisme Zen, yang memungkinkan terbentuknya kekerasan dari samurai yang ditempa dengan kebijaksanaan dan ketenangan.

Semangat ini mengajarkan bahwa kemenangan seorang samurai terjadi justru ketika secara spiritual dia dapat menaklukkan dirinya sendiri. Artinya, kekuatannya timbul dari kemenangan melawan disiplin pada diri sendiri, sehingga akhirnya dia dapat menaklukkan orang lain.

Dalam bentuk yang lebih filosofis, prinsip ini menekankan bahwa tidak ada batasan antara hidup dan mati. Tidak heran, di Jepang, kata-kata "bunuh diri" saja bisa banyak macamnya: ada seppuku, kamikaze, shinzu, harakiri, ningen gyorai, dan lain sebagainya. Semua hampir berkaitan dengan kehormatan, loyalitas, atau pemberontakan. 

Pada intinya, bangsa Jepang adalah bangsa yang tidak takut mati, apalagi untuk mengejar kehormatan diri, atau lebih luas lagi, kehormatan kelompoknya.

Dari filosofi ini, bisa diterka bahwa mentalitas orang Jepang adalah mentalitas yang siap mengorbankan semuanya, bahkan kalau perlu menyerahkan nyawa pun bisa. Asal tujuan tercapai, dan tentu sebelumnya mereka telah melandasi setiap perjuangan dan cita-citanya dengan semangat Bushido yang telah disebut di atas tadi. Maka dengan semangat itu jugalah, sepak bola Jepang berkembang secara konsisten, dan tumbuh menjadi kekuatan mengerikan dari Asia.

Dulu, siapa yang bisa mengira sepak bola Jepang bisa berkembang pesat seperti sekarang?

Meski turnamen sepak bola di Jepang sudah dilangsungkan sejak 1917, tapi popularitasnya selalu kalah dari baseball dan sumo. Bahkan saat Jepang sudah bisa meraih medali perunggu di Olimpiade 1968 pun, mereka masih susah menembus level internasional. Bandingkan saja, Jepang baru mencicipi Piala Asia tahun 1988, dan mimpi Piala Dunia pertama mereka baru terwujud tahun 1998. Bandingkan dengan Arab Saudi yang sudah masuk Piala Dunia sejak 1994 dan Piala Asia sejak 1984. Atau Iran yang sudah masuk Piala Dunia sejak 1978 dan sudah jadi juara Piala Asia di 1968. Atau bahkan Korea Selatan yang sudah mencicipi Piala Dunia sejak 1954, dan sudah juara Piala Asia di tahun 1956.

Tidak bercanda, di era 50-60 an sepak bola Jepang bisa dibilang tak istimewa, lebih terlihat seperti tim kelas dua. Indonesia saja pernah mencukur gundul Jepang 7-0 di ajang Merdeka Tournament 1968. Sebelumnya pada Asian Games 1954 Indonesia juga menang 5-3. Kemenangan terakhir Indonesia atas Jepang terjadi tahun 1981, ketika itu kita menang 2-0.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun