Mohon tunggu...
Hendra Fokker
Hendra Fokker Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Sosial

Buruh Kognitif yang suka jalan-jalan sambil mendongeng tentang sejarah dan budaya untuk anak-anak di jalanan dan pedalaman. Itu Saja.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Horor Biaya Pendidikan Anak Kala Daftar Sekolah Tiba

24 Juni 2023   05:45 Diperbarui: 26 Juni 2023   19:45 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sekolah (sumber: Kompas.com/Pixabay)

Masa pendaftaran sekolah yang telah tiba, kerap membuat orang tua pusing dalam hal biaya. 

Belum lagi pikiran mengenai biaya sehari-hari untuk sekolah anak, yang selalu membebani jika ditambah jarak tempuh menuju sekolah. Hal ini lumrah terjadi, kala orang tua siswa hendak mendaftarkan anaknya untuk melanjutkan jenjang pendidikan.

Selain biaya yang mengawang-awang dalam pikiran, apalagi jika sekolah yang dituju adalah swasta. Nomor satu tentunya adalah persoalan tingginya biaya pendidikan anak. 

Walau tidak semua sekolah swasta menerapkan biaya tinggi dalam administrasinya. Namun yang biasa terpikirkan adalah perihal performa sekolah dalam kategori terbaik atau biasa. Hal ini jadi pilihan penting lainnya.

Harapan besar tentunya ada dari setiap orang tua, yang hendak menyekolahkan anaknya dengan baik. Tidak melulu menjadikan nilai positif atau negatif yang berkenaan dengan sekolah tujuan. 

Sebuah persepsi yang mayoritas terjadi di kalangan orang tua, jika telah mendapati batas akhir pendaftaran sekolah. Dimana saja bisa, asal dapat diterima.

Belum lagi sistem zonasi, yang memberi batasan bagi siswa lingkungan sekitar. Walau sistem zonasi ini selalu dikembangkan dengan fleksibel, yakni lintas zona. 

Jika memang masih banyak anak di suatu daerah yang belum mendapatkan sekolahnya. Hal ini seperti yang terjadi di Tulungagung, Jawa Timur. Jadi tidak hanya melalui jalur afirmasi, zona, prestasi, dan perihal kerja orang tuanya.

Namun, persoalan zonasi memang banyak menuai kritik di kalangan orang tua. Lantaran anaknya yang seharusnya diterima, justru tergeser oleh orang lain.  

Ini biasanya terjadi karena adanya tumpang tindih syarat yang ditetapkan. Seperti perihal zonasi yang konon lebih diprioritaskan daripada prestasi, seperti yang terjadi di sebuah sekolah menengah kawasan Jagir, Wonokromo, Surabaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun