Tanggal 1 Juli ini diperingati sebagai hari lahir seorang penerbang legendaris dari Indonesia. Para pejuang yang mengenal dirinya dengan julukan dr. Karbol ini memiliki nama asli Abdulrachman Saleh. Seorang dokter penerbang lulusan GHS (Geeneskundige Hoge School), atau sekolah kesehatan, saat STOVIA dibubarkan di Jakarta.
Selama masa mudanya, beliau kerap terlibat dalam organisasi pergerakan dan kepanduan, seperti Jong Java, Indonesia Muda, dan KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia). Keterlibatannya dalam dunia militer tidak lain karena kepandaiannya dalam menerbangkan pesawat. Selain itu, kemahirannya dalam merakit pemancar radio adalah kontribusi besarnya dalam menyebarkan informasi tentang Kemerdekaan Indonesia.
Beliau dijuluki sebagai "dokter karbol" oleh para pejuang, karena Abdulrachman Saleh merupakan seorang dokter yang pertama aktif dalam pengembangan ilmu fisiologi di Indonesia. Maka wajar, bila Universitas Indonesia kemudian mengganjarnya sebagai Bapak Ilmu Faal pertama di Indonesia pada bulan Desember 1958.
Kiprah yang tak kalah penting lainnya adalah, beliau terdata sebagai Komandan Pangkalan Udara Madiun pada tahun 1946. Militer Indonesia sangat terbantu tatkala Abdulrachman Saleh mendirikan Sekolah Teknik Udara dan Radio di Malang. Semua kepandaiannya dibaktikan kepada Indonesia, khususnya bagi Angkatan Udara Republik Indonesia.
Walau disela aktivitasnya sebagai pejuang, identitas dirinya sebagai seorang dokter, mewajibkannya untuk tetap turun mengajar di sekolah kedokteran, Klaten. Hal ini yang menjadikan dirinya sebagai seorang dokter pejuang, dimana kelak melalui dirinya pula bantuan obat-obatan datang dari luar negeri untuk Indonesia.
Hingga pada saat beliau ditugaskan untuk mengambil obat-obatan dari India, yang menjadikan penerbangannya ini sebagai tragedi besar dalam sejarah militer dunia. Pesawat Palang Merah yang ditumpanginya (Dakota VT-CLA) ditembaki pesawat Belanda (Kitty Hawk) hingga jatuh. Padahal pesawat ini telah mengantongi izin terbang dari pemerintah Inggris dan Belanda.
Buktinya, pilot dari pesawat Dakota VT-CLA adalah seorang mantan perwira penerbang RAF, Noel Constantine dengan kopilot Roy Hazelhurst. Bersama pula turut gugur dalam tugas, Komodor Udara dr. Abdulrachman Saleh, Komodor Udara Adisucipto, dan operator Adisumarmo Wiryokusumo.
Noel Constantine sendiri adalah pilot berkewarganegaraan Australia. Maka wajar bila kala itu masyarakat Australia sangat mendukung kemerdekaan Indonesia, dengan cara memblokade kapal-kapal dagang dan perang Belanda di perairan Australia.
Peristiwa ini adalah pukulan besar bagi bangsa Indonesia dan dunia internasional. Bagaimana mungkin, pesawat angkut Palang Merah dapat ditembaki oleh Belanda? Dimana izin terbang atas dukungan internasional terhadap kemerdekaan Republik Indonesia tengah menjadi berita dunia.
Catatan mengenai peristiwa ini tentu akan mempengaruhi pola pikir dunia internasional terhadap Belanda. Akibatnya, berbagai upaya perundingan yang dilakukan oleh Belanda bersama wakil dari negara-negara lain, justru memihak kepada kemerdekaan Indonesia.
Abdulrachman Saleh adalah pahlawan bangsa, yang jasanya sungguh luar biasa. Tidak hanya peninggalan ilmunya, sekolah udara rintisannya juga terus dikembangkan hingga saat ini. Dimana bagi setiap kadet penerbang "baru", akan dipanggil dengan nama "karbol", seperti julukan beliau dahulu.
Namanya juga diabadikan sebagai Pangkalan TNI Angkatan Udara di Malang. Selain kiprahnya yang tidak akan dilupakan dalam dunia kedokteran Indonesia. FKUI rutin memakai namanya untuk pagelaran kompetisi di bidang kedokteran dan biologi, dengan Piala Bergilir Abdulrachman Saleh sebagai hadiahnya.
Nama Abdulracham Saleh adalah kebanggaan bagi bangsa ini, dimana sejak kecil, beliau selalu bercita-cita untuk dapat menolong orang yang kesulitan. Pilihannya menjadi seorang dokter bukanlah karena paksaan, tetapi memang cita-citanya dari usia remaja. Abdulrachman Saleh kecil sudah berpikir tentang Indonesia seluas cakrawala yang kerap dijajakinya melalui pesawat udara.
Semoga tulisan ini dapat menginspirasi bagi kita semua.