Mohon tunggu...
Hendra Fokker
Hendra Fokker Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Sosial

Buruh Kognitif yang suka jalan-jalan sambil mendongeng tentang sejarah dan budaya untuk anak-anak di jalanan dan pedalaman. Itu Saja.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memburu Pasukan Hantu dari Semeru

19 Juni 2022   07:00 Diperbarui: 19 Juni 2022   07:14 841
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ichiki Tatsuo (wikipedia)

Tulisan ini sekedar menjadi pengingat untuk kita mengenang jasa para pejuang terdahulu. Tidak sekedar para pejuang Republik, melainkan mereka yang turut serta membela kemerdekaan Indonesia, seperti sosok Ichiki Tatsuo. Kelak, pasukan yang dipimpinnya akan dikenal sebagai pasukan hantu oleh Belanda.

Kenapa kok pasukan hantu? Ya, karena para pasukan ini berasal dari eks pasukan Jepang yang desersi, dan memilih berpihak kepada perjuangan Republik menghadapi Sekutu. Tentu bukan hanya Ichiki saja, ada banyak pasukan dari kesatuan-kesatuan Jepang yang lebih memilih memihak kepada Indonesia kala itu.

Tetapi, sementara kita kupas dahulu, pasukan hantu yang dipimpin oleh Ichiki Tatsuo ini.

Sebagai seorang samurai, pengorbanan adalah harga mati yang tidak dapat diganti. Begitupula dengan kesetiaan, tatkala seorang samurai merasa dikhianati oleh kesetiaan, maka tak ada jalan lain selain mati secara terhormat. Bukan harakiri atau bunuh diri yang dilakukan oleh Ichiki kala mendengar kekalahan Jepang atas Sekutu, melainkan dengan cara berjuang untuk menjaga kehormatan seorang samurai sejati.

Kita tidak akan lupa bagaimana kiprah Laksamana Madea bukan? Tetapi untuk kasus Ichiki ini berbeda. Keterlibatannya sebagai kombatan Republik menjadi jalan kematian yang kelak ia tempuh sebagai janji samurai. Sejak tahun 1928, Ichiki sudah berada di Indonesia. Ia bekerja sebagai fotografer dan jurnalis ketika itu, dimana ia sangat memahami upaya perjuangan meraih kemerdekaan bangsa Indonesia.


Sejak pendudukan Jepang di Indonesia, Ichiki justru lebih dekat dengan tokoh-tokoh Republik, seperti Haji Agus Salim. Dimana kelak, namanya dirubah menjadi Abdul Rachman olehnya. Selama Jepang berkuasa, ia adalah seorang penasehat di divisi pendidikan PETA. Kelak, kedekatannya dengan para pejuang dari PETA inilah yang akan membawa dirinya larut dalam perjuangan menjaga kemerdekaan Indonesia.

Seputar tahun 1948, pasukan Jepang yang masih berada di Indonesia diminta Belanda untuk diserahkan. Hal ini adalah salah satu kesepakatan yang terjadi usai Perjanjian Renville. Mereka akan ditangkap oleh Belanda, dan dimanfaatkan guna kepentingan politik milternya. Hal ini jelas ditentang oleh para pimpinan TNI kala itu, yang secara diam-diam justru melindungi para serdadu Jepang.

Hal ini terjadi karena selama di PETA, secara tidak langsung ada rasa kebersamaan yang terbangun antara para pejuang dengan serdadu Jepang. Mereka memahami bahwa posisi Jepang sudah di ujung tanduk dalam Perang Asia Timur Raya. Dimana pilihannya hanya dua, kembali ke Jepang, atau bertahan di Indonesia. Itu saja.

Menghadapi gelagat Agresi Militer Belanda II, Sungkono yang kala itu menjabat sebagai Gubernur Militer Jawa Timur, lantas memanggil Ichiki untuk dapat bergabung bersama Republik. Ia diangkat sebagai Wakil Komandan Pasukan Gerilya Istimewa (PGI) mendampingi Tomegoro Yoshimuzi sebagai komandannya. Bersama 28 pasukan Jepang lainnya, pasukan hantu ini kemudian bergerak menyerang posisi-posisi Belanda di sekitar Malang.

Kala itu, pasukan hantu berhasil menebar terornya kepada Belanda. Keberhasilan serangan-serangan mereka tak lain karena pengalaman tempur mereka memang diatas rata-rata para pejuang Republik. Tak ayal, pasukan hantu ini lebih diburu oleh pasukan Belanda daripada para pejuang Republik. Area tempurnya meliputi wilayah pegunungan Semeru dan sekitarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun