Mohon tunggu...
Hendra Fokker
Hendra Fokker Mohon Tunggu... Pegiat Sosial

Buruh Kognitif yang suka jalan-jalan sambil mendongeng tentang sejarah dan budaya untuk anak-anak di jalanan dan pedalaman. Itu Saja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sayu Wiwit Ratu Perang Gunung Raung

15 Juli 2021   03:26 Diperbarui: 15 Juli 2021   03:31 2918
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Julukan Ratu Perang disematkan kepadanya karena setiap kali bertempur, ia selalu dalam kondisi kerasukan. Hal ini yang kemudian membuat dirinya populer dikalangan rakyat Blambangan. Karena tingkat kesaktiannya yang tinggi, konon senjata apapun tidak dapat melukainya.

Ratu Perang Gunung Raung Turun Gunung

Sejak awal meletusnya Perang Bayu, Sayu Wiwit telah menghimpun pasukannya di Gunung Raung. Dukungan rakyat terhadap perjuangannya dibuktikan dengan bergabungnya ribuan pasukan rakyat untuk turut dalam komandonya.

Mereka bergabung dalam satu tujuan yang sama, yakni mengusir penjajah dari tanah Blambangan. Bersama dengan pasukannya, ia berhasil membebaskan Puger, Jember, dan Sentong dari VOC.

Pasukan Sayu Wiwit terus menerus menggempur posisi VOC hingga ke Nusa Barong. Dijelaskan dalam Babad Tawang Alun, ia dipercaya oleh Jagapati untuk memimpin pasukan Gunung Raung karena prestasi dan keahliannya dalam berperang. Bersama Patih Jagalara, mereka terus memburu kaum penjajah.

Pada suatu pertempuran di Bayu, mereka pernah mengamuk-amuk tak tentu arah dalam menghadapi serangan tentara VOC. Semua perempuan, baik muda dan tua, mengikuti arahan Sayu Wiwit untuk bangkit melawan penjajahan.

Amuk-amuk orang Blambangan Timur pun tak kalah mengerikannya, seperti catatan de Jong dalam de Opkomst Nederlandsch Gezag Jilid XI. Perstiwa ini menyebabkan Blambangan rusak parah, tercatat dari seratus ribu penduduknya, hanya meninggalkan dua puluh persennya saja ketika perang berakhir.

Tentu hal itu dianggap sebagai perang Puputan terbesar yang pernah dihadapi oleh VOC ketika menaklukkan daerah-daerah di Indonesia. Sang Ratu Gunung Raung yang terlibat hingga akhir Perang Bayu, telah mendapatkan supremasinya karena kedidjayaan dan kesaktiannya.

Hingga pada tahun 1773, para pejuang Blambangan yang tengah menggempur pasukan VOC di Nusa Barong kewalahan menghadapi pasukan gabungan VOC yang didatangkan dari berbagai wilayah lainnya. Fokus mereka adalah menangkap Jagalara dan Sayu Wiwit, hidup atau mati.

Tentu sudah dapat diterka, Jagalara dan Sayu Wiwit melancarkan Perang Puputan ketika terhimpit di daerah Puger. Mereka bersama pasukan Blambangan yang tersisa akhirnya gugur dalam tugasnya menentang upaya kolonialisme di ujung Jawa Timur.

Berbagai tokoh yang terlibat dalam Perang Puputan Bayu di Banyuwangi hendaknya mampu menambah referensi kita guna melengkapi wawasan kesejarahan Indonesia. Demi upaya kemerdekaan bangsanya, Sayu Wiwit adalah perempuan perkasa yang telah membuktikan ketangguhannya di medan laga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun