Mohon tunggu...
Hendra Fokker
Hendra Fokker Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Sosial

Buruh Kognitif yang suka jalan-jalan sambil mendongeng tentang sejarah dan budaya untuk anak-anak di jalanan dan pedalaman. Itu Saja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Emmy Saelan Perawat dan Pejuang di Garis Depan

11 Juli 2021   04:00 Diperbarui: 11 Juli 2021   04:07 591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menjadi seorang perawat adalah suatu hal yang mulia, selain daripada tugasnya menolong nyawa, seorang perawat biasanya menjadi pionir kesehatan ditengah masyarakat. Apalagi pada masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini. Para perawat menghadapi resiko yang sama seperti pada masa perjuangan dahulu.

Perbedaannya adalah perawat saat ini tengah berhadapan dengan virus sebagai musuh utamanya, sedangkan pada masa perjuangan, seorang perawat harus bertaruh nyawa dimoncong senapan tentara-tentara Belanda.

Berjuang demi nyawa orang lain walau nyawa taruhannya. Itu harga mati bagi seorang perawat yang turut serta dalam masa revolusi fisik di Indonesia. Berada di garis depan, berbekal tandu sebagai senjatanya. Berjibaku di garis belakang, berbekal obat-obatan yang minim ketersediannya.

Emmy Saelan namanya, satu dari ribuan para perawat yang turun di medan pertempuran. Ia lahir di Luwu, Sulawesi Selatan, dan terlibat aktif pada setiap pertempuran yang terjadi disana. Ia memiliki hubungan kekerabatan dengan Kerajaan Luwu, ayahnya bernama Amin Saelan, merupakan aktivis di Taman Siswa.

Emmy memiliki adik yang bernama Maulwi Saelan, pengawal setia Bung Karno. Keterlibatannya dalam revolusi fisik memang menjadi aktivitas keluarganya sejak masa merebut kemerdekan hingga mempertahankan kemerdekaan.

Perjuangan Emmy di Garis Depan Pertempuran

Salmah Soehartini Saelan adalah nama asli Emmy, ia menjalani pendidikan perawat sejak bergabung dengan Palang Merah Indonesia di Makassar. Rumah Sakit Stella Maris mencatat namanya sebagai salah satu tenaga perawat disana.

Usai kemerdekaan, aktivitas Emmy di barisan depan perjuangan pemuda tidak sekedar pandai dalam menolong rakyat yang terluka akibat aksi polisionil Belanda di Makassar. Ia turut serta dalam suatu aksi massa yang memprotes penangkapan Sam Ratulangi oleh Belanda setelah Jepang menyerah kepada Sekutu.

Tidak hanya berdiam diri di Rumah Sakit sebagai juru rawat, Emmy merupakan tokoh utama dalam aksi penyelundupan obat-obatan dan peralatan medis guna keperluan pejuang-pejuang Indonesia. Namanya pun masuk dalam daftar pencarian orang oleh intelijen Belanda.

Suatu prestasi yang sangat membanggakan bagi Emmy, semangat patriotismenya semakin memuncak ketika ia masuk sebagai anggota dari Harimau Indonesia pimpinan Robert Wolter Monginsidi. Kelihaiannya menggunakan senjata juga diakui oleh para pejuang tatkala ia ikut menyergap patroli Belanda.

Kemampuannya dalam menguasai bahasa sandi juga tidak dapat dianggap remeh. Berkali-kali ia terdesak, berkali-kali pula ia lolos dari pengepungan Belanda, dengan tiba-tiba menyamar sebagai rakyat. Sandi yang ia gunakan terbilang sangat rahasia dan hanya dipahami oleh pejuang perempuan dibarisannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun