Mohon tunggu...
Hendra Fokker
Hendra Fokker Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Sosial

Buruh Kognitif yang suka jalan-jalan sambil mendongeng tentang sejarah dan budaya untuk anak-anak di jalanan dan pedalaman. Itu Saja.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Bulan Jihad Sang Panglima Burung Penjaga Hutan Kalimantan

10 Juli 2021   00:55 Diperbarui: 10 Juli 2021   01:17 1352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sobat muda, apakah ada yang pernah mendengar mengenai mengenai Bulan Jihad seorang penjaga alam Kalimantan dan terlibat dalam perjuangan meraih kemerdekaan Indonesia?. Perjuangannya sangat ditakuti oleh penjajah Belanda hingga Jepang, dan terkenal karena keberaniannya ketika bertempur dengan senjata tradisional, Mandau.

Pulau Kalimantan adalah wilayah yang memiliki kekayaan alam luar biasa berlimpah. Suku Dayak, sebagai suku asli yang mendiami Pulau Kalimantan, sejak dahulu sangat terikat dengan adat yang mewajibkan untuk menjaga tanah leluhurnya. Menjaganya dari kerusakan adalah hal yang utama tentunya.

Seiring datangnya Belanda di Kalimantan sejak tahun 1663, dengan tujuan eksploitasi sumber daya alam, tentu tidak dapat ditoleransi keberadaannya. Walau tujuan utamanya tetap monopoli perdagangan, tetapi persoalan kerusakan lingkunganlah yang kelak menjadi latar belakang beragam peristiwa sejarah disana.

Seperti halnya ketika pertambangan batubara Oranje Nassau di Pengaron, Banjar, yang dibuka oleh Belanda pada tahun 1849. Terjadi perlawanan dari rakyat Banjar pimpinan Pangeran Antasari pada tahun 1859, beserta suku-suku Dayak yang menentang perusakan dan eksploitasi alam di Kalimantan.

Tidak hanya itu, pembukaan lahan-lahan perkebunan yang dianggap merusak tanah leluhur, juga menjadi faktor lain terjadinya konflik antara suku Dayak dengan Belanda. Terlebih ketika eksploitasi alam dilanjutkan dengan membuka lagi pertambangan batubara Julia Hermina dan Kalangan pada tahun 1853.

Eksploitasi Alam dan Keterlibatannya dalam Perang Banjar

Puncak pertikaian itu terjadi pada tahun 1859, rakyat Banjar beserta suku-suku Dayak pedalaman tidak lagi menghendaki terjadinya perusakan alam di tanah leluhurnya. Pertambangan batubara Oranje Nassau dan Julia Hermina yang dianggap telah merusak tanah leluhur harus segera dihentikan.

Batubara yang didapat melalui sistem penggalian dan pembabatan hutan tentu sangat merugikan rakyat tradisional Dayak yang tinggal atau bermukim disekitarnya. Belum lagi masalah asap hasil olahan batubara, yang dapat membuat pertanian rakyat rusak dan sumber air mengering.

Hal ini bukan hanya perkara pertentangan Belanda dengan Kesultanan Banjar. Baik dalam campur tangan politiknya terhadap kebijakan mengenai lahan garap untuk eksplorasi ataupun perihal penyerobotan tanah-tanah adat. Konflik yang terjadi tentu sudah mengarah penyelesaian persoalan lingkungan.

Kehadiran Panglima Burung sendiri diwujudkan melalui seorang perempuan pejuang dari Dayak Kenyah bernama Bulan Jihad. Ia merupakan sahabat seperjuangan Gusti Zaleha dari Kesultanan Banjar yang bahu-membahu menentang kehadiran kolonialis Belanda.

Pada masa ini, Kesultanan Banjar dan suku Dayak memiliki kesepakatan untuk saling menghargai dan tidak saling menyerang, walau menganut kepercayaan yang berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun