Sebenarnya, dalam konteks Jokowi, banyak hal logis yang bisa dipertanyakan dari sosok ini. Salah satunya penegakan HAM. Jangankan bicara mengungkap kasus HAM atau menyeret pelanggar HAM ke meja hijau, justru orang-orang disekelilingnya adalah orang-orang yang membuat harapan masyarakat atas itu makin lebih tertutup. Saya bertemu seorang praktisi HAM dari Komnas HAM dalam sebuah acara "Dengar Kesaksian" di Banda Aceh, dan jawabannya atas penegakan di era pemerintahan saat ini, " mari kita tambah tahun-tahun kita untuk bersabar."
Begitu juga dengan fasilitas ini itu, yang dipermukaan kesannya bagus, namun begitu banyak daftar syarat dan ketentua berlaku, yang bila kita baca satu persatu, maka kita lebih baik akan berkata, lebih baik tak usahlah ada program itu. Seperti sistem kuota premium, jalan tol, hingga baru-baru kartu untuk para penganggur.
Cerita di pekarangan malam itu, saya yakin terjadi dimana-mana. Â Banyak pekarangan -- dan berikut pohon yang disekitarnya-- menjadi saksi bahwa Jokowi yang berusaha untuk menjabat untuk keduakalinya, dibusuki namanya dari belakang. Hingga saya percaya, bila Jokowi kalah nanti, ia akan kalah pada derasnya hujan hoax yang tak sanggup diterima oleh akal manusia bernalar rendah negeri ini.Â
Saya setuju Jokowi kalah karena kinclong kinerjanya. Saya sepakat Prabowo memimpin karena diyakini lebih mampu dari Jokowi.