Saat perayaan Paskah hari Minggu kemarin, ada tradisi berburu dan bagi-bagi telur. Mengapa telur? Karena ia menjadi perlambang akan adanya kehidupan yang baru.
Nah, tapi sekarang, kita tidak membahas soal telur Paskah itu. Namun, soal pemilihan telur yang baik dan sehat itu bagaimana ya?
Mengapa? Ini pengalaman saja. Paling tidak sudah lebih dari sekali mengalami kejadian yang tidak menyenangkan seperti ini.
Waktu akan menggoreng telur, lha kok jadi encer begitu? Wah, ini pasti sudah rusak. Padahal membelinya di pasar pada pedagang besar. Mestinya telurnya masih lebih baru, karena jualannya laris.
Ya, itu sih pikiran sederhananya. Tapi kok bisa jadi terulang, ya? Apa yang keliru?
Telur pertama yang sudah kadung nyemplung (terlanjur berada) di wajan, akhirnya mau tak mau harus dibuang. Membersihkan alat penggorengan terlebih dulu. Memulai lagi menggoreng dengan telur yang baru.
Eh... lagi-lagi sama. "Anda tidak beruntung!" Mana tinggal satu lagi, wkwkwk...
Untunglah yang terakhir tidak ada masalah. Putih telurnya masih kental, dan warna kuningnya juga masih baik. Bentuknya membulat, hanya warnanya agak cenderung agak kemerah-merahan.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!