Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Tertib Aturan dan Etika dalam Bersepeda

21 Maret 2021   16:10 Diperbarui: 21 Maret 2021   16:22 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Minggu seperti sekarang ini, biasanya jalanan dipenuhi oleh para pesepeda yang ingin berolahraga. Atau kalaupun tidak, sekadar berkeliling kota. Tujuan utamanya memang mencari kesegaran badan dan sekaligus menikmati suasana yang lebih sepi di hari libur.

Jika dulu sering diadakan kegiatan massal semacam fun bike, lalu bergeser ke fun walk, terus ke fun run. Sekarang, era pandemi, musim bersepeda menjadi trend kembali. Sepedanya yang dulu mangkrak, dibenahi lagi. Ramai lagi musim bersepeda.

Pelanggaran Pesepeda

Walaupun sama-sama sebagai pemakai jalan, tapi pengguna sepeda lebih sepertinya lebih dimanjakan dan sedikit ada kelonggaran terhadap rambu lalin (lalu lintas).

Sepertinya tidak boleh begitu, ya? Pesepeda motornya jadi ngiri, hehe...

Ya, aktivitas bersepeda, perlu juga menjaga keamanan diri. Salah satunya tentu dengan menaati rambu lalu-lintas. Misalnya saat lampu merah menyala. Aturan umum di jalan raya adalah berhenti. Nah, terkadang, para pesepeda lebih bernyali terhadap aturan ini. "Ya, kan jalannya tak seberapa ramai. Sudah kosong dari depan atau samping. Biar cepat sampai. Kakinya keburu pegal nih..."

Barangkali itu salah satu alasan kalau mereka ditanya, "Mengapa tak menunggu?"

Kejadian seperti itu sudah jamak terjadi. Baik saat seseorang di posisi yang bersepeda, atau pada saat menjadi penonton/pengamat. Pasti pernah mengalami atau menyaksikannya secara langung di jalan raya.

Pesepeda bisa menyelip, mencari celah, menerobos barisan agar bisa terus berjalan. Tidak ikut-ikutan menunggu antrian waktu jalan.

Etika Ruang Publik

Bersepeda solo dan kelompok itu beda rasanya. Apalagi kalau punya komunitas atau ikut klub bersepeda. Rasanya lebih asyik, gayeng, dan guyub. Banyak candaan yang terjadi saat bertemu. Apalagi jika dalam kelompok itu sebaya, tak canggung saling melontarkan kata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun