Mohon tunggu...
Hendi Setiawan
Hendi Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Senior citizen. Pengalaman kerja di bidang transmigrasi, HPH, modal ventura, logistik, sistem manajemen kualitas, TQC, AMS, sistem manajemen lingkungan dan K3, general affair, procurement, security. Beruntung pernah mengunjungi sebagian besar provinsi di Indonesia dan beberapa negara asing. Gemar membaca dan menulis. Menyukai sepakbola dan bulutangkis. Masih menjalin silaturahmi dengan teman2 sekolah masa SD sampai Perguruan Tinggi.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Skotlandia Bukan Negara, Tetapi 'Negara' Sepakbola, Restorannya Menguasai Dunia

21 September 2014   16:27 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:02 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Referendum di Skotlandia pada hari Kamis, 18 September 2014 menghasilkan 55% pemilih (usia 16 tahun ke atas) memilih "NO", artinya tidak mau lepas dari lingkungan United Kingdom (UK) atau di Indonesia dikenal sebagai Inggris Raya bahkan Inggris. Bagusnya orang Skotlandia yang pro berpisah dari Inggris Raya, begitu mereka tahu kalah, hanya mengumpulkan suara sekitar 45% saja, sekalipun kecewa 'kaum separatis' ini mengakui kekalahan dan mengharapkan janji-janji Pemerintahan David Cameron -PM Inggris Raya-  untuk memberi keleluasaan mendapatkan penghasilan sumber alam yang lebih besar, keleluasaan otonomi yang lebih luas dalam lingkungan Inggris Raya dipenuhi oleh Pemerintah Inggris Raya.

Sebagai negara semi otonom Skotlandia sebenarnya sudah punya pemerintahan sendiri, punya parlemen sendiri, dalam hal tertentu sedikit banyak barangkali mirip posisi Pemerintahan Aceh dalam lingkungan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Skotlandia bagaimanapun sudah bersatu dengan Inggris (England), Wales dan Irlandia (Utara) selama lebih dari 300 tahun, bahasa Inggris sudah menjadi bahasa sehari-hari, sekalipun bahasa setempat tetap digunakan.

Walaupun secara politik Skotlandia bukan sebuah negara, tetapi dalam bidang sepakbola sudah sejak akhir tahun 1800an Skotlandia punya kesebelasan nasional dan ketika FIFA berdiri, Skotlandia dan Wales serta Irlandia Utara diakui sebagai sebuah 'negara' yang mempunyai kesebelasan nasional sendiri, setara dengan Inggris (England).

Pernah saya sekantor dengan orang Skotlandia di Jakarta, pada saat kami makan siang pernah saya tanya "Kenapa Skotlandia, Inggris, Wales dan Irlandia Utara membentuk kesebelasan nasional sendiri-sendir? Bukankah Perdana Menteri dan ratu kalian orangnya sama, mata uang kalian sama-sama Poundsterling?". Orang Skotlandia tersebut menjadi "Karena di sana ada empat negeri ( There are four countries)". Ketika didesak dengan pertanyaan yang lebih politis, ia tak mau menjawab, hanya ngomong "What ever you say".

Keinginan mandiri secara politik sudah tertutup dengan hasil referendum, entah kapan-kapan apakah masih boleh ada referendum lagi atau tidak he he he, tapi sebagian  keinginan untuk mandiri toh sudah lama diperoleh Skotlandia, kesebelasan nasional mereka beberapa kali masuk putaran final Kejuaraan antar negara-negara Eropa dan Kejuaraan Dunia antar negara yang diakui oleh organisasi sepakbola dunia FIFA.

Bahkan Skotlandia saat ini telah 'menguasai' kuliner dunia, restorannya berada di mana-mana di seantero dunia. Siapa yang tak mengenal McDonald?  Sekalipun McDonald mulai berkembang dan dikembangkan oleh warga Amerika Serikat, namun nama McDonald bagaimanapun adalah nama khas Skotlandia. Seandinya ada orang Inggris dari tahun 1800an awal terdampar menembus waktu ke masa tahun 2000an di Jabodetabek, bukan mustahil ia akan terheran-heran melihat banyaknya restoran 'Skotlandia' di Jabodetabek, yah itu McDonald ... he he he.

Tulisan terkait Skotlandia, khususnya sepakbola pernah saya tulis pada 23 Februari 2012 di Kompasiana, dengan judul 'Siapa Wakil Great Britain Pada Sepakbola Olimpiade London 2012?'.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun