Mohon tunggu...
Hendi Setiawan
Hendi Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Senior citizen. Pengalaman kerja di bidang transmigrasi, HPH, modal ventura, logistik, sistem manajemen kualitas, TQC, AMS, sistem manajemen lingkungan dan K3, general affair, procurement, security. Beruntung pernah mengunjungi sebagian besar provinsi di Indonesia dan beberapa negara asing. Gemar membaca dan menulis. Menyukai sepakbola dan bulutangkis. Masih menjalin silaturahmi dengan teman2 sekolah masa SD sampai Perguruan Tinggi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Anjing Tanah dan Anjing Cai

17 Februari 2018   10:03 Diperbarui: 17 Februari 2018   10:19 1280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anjing Tanah = Ga'ang = Orong-orong. Sumber: https://commons.wikimedia.org

Menurut kalender Cina, tahun ini disebut Tahun Anjing Tanah.  Apakah maksudnya "Anjing + Tanah" atau "Anjing Tanah" yg artinya Ga'ang (bahasa Sunda), Orong-orong (bahasa Jawa) ?

Di alam yang masih rimbun dengan semak belukar, bunyi Ga'ang dikenal sebagai penanda tibanya waktu Maghrib

Jika yang dimaksud Anjing Tanah itu berwujud hewan Anjing, menurut saya bisa membingungkan karena dalam bahasa Indonesia ada binatang bernama Anjing Tanah yang wujudnya jauh dari bentuk Anjing, tapi lebih mirip Jangkrik.

Anjing Cai = Sero = Berang-Berang. Sumber: https://sookapura.blogspot.cl
Anjing Cai = Sero = Berang-Berang. Sumber: https://sookapura.blogspot.cl
Di Jawa Barat bukan hanya ada Anjing Tanah yang disebut Ga'ang dalam bahasa Sunda, ada lagi Anjing Cai yang bentuknya juga jauh dari wujud seekor Anjing.

Anjing Cai (bahasa Sunda) terjemah langsungnya Anjing  Air adalah nama alias dari Sero (bahasa Sunda) atau Berang-berang (bahasa Indonesia), binatang liar yang suka memburu ikan di lubuk sungai, juga sering mencuri ikan di balong petani.

Ada ungkapan Sunda (terutama) bagi laki-laki yang sering  bolak balik ke satu tempat mencari perhatian seorang wanita. Perilaku ini disebut "Aya nu dianjing-cai". Kalimat Sunda yang seharusnya adalah "Aya nu diheroan" (Ada yang diincar atau ditaksir).
Kata "hero" diplesetkan jadi "sero", lalu diganti lagi dengan padan katanya "anjing cai". Jadilah kalimat sindiran "Aya nu dianjingcai".

Demikian cerita tentang  Anjing Tanah dan Anjing Cai dalam bahasa Nusantara, dua hewan yang disebut Anjing tapi wujudnya jauh berbeda dengan Anjing yang kita kenal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun