Mohon tunggu...
Helmi Ismail
Helmi Ismail Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Lepas

Penulis lepas berdomisili di Bandung, Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Lingkungan Belajar Anak, Motivasi, dan Pengalaman Estetis

22 Januari 2022   12:31 Diperbarui: 22 Januari 2022   12:33 836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Lingkungan belajar merupakan suatu tempat atau suasana yang mempengaruhi proses perubahan tingkah laku manusia khususnya dalam belajar. 

Dalam kaitannya dengan Anak Usia Dini, lingkungan belajar berperan sebagai suatu tempat dimana anak dapat melakukan eksplorasi dan belajar dalam suasana yang kondusif dan menunjang proses belajar tersebut. 

Peran lingkungan belajar menjadi penting karena faktor periode perkembangan anak yang menurut Mariyana dkk., (2013; hlm.11) anak masih cenderung sensitive untuk menerima berbagai rangsangan yang diberikan oleh lingkungannya. Dengan demikian, lingkungan tempat anak belajar perannya menjadi penting karena menyediakan berbagai unsur yang dapat memberikan stimulasi yang relevan dalam membantu peroses belajar anak.

Sementara itu, ragam nilai penting tersebut mengalami hambatan di jaman sekarang dimana lingkungan belajar yang biasanya ada, harus dihilangkan karena program pembelajaran jarak jauh yang ada sekarang. Hal tersebut juga berarti bahwa ragam manfaat yang biasanya muncul dengan penyediaan lingkungan belajar yang terkelola menjadi berkurang atau bahkan hilang. 

Hal yang paling sederhana dapat dilihat dari tujuan pengelolaan lingkungan belajar itu sendiri yang dalam Mariyana dkk., (2013) disebutkan bertujuan untuk memberikan ransangan dan memfasilitasi multisensory anak selain memberikan ruang untuk beraktivitas bersama. Hal yang paling mudah untuk dilihat dari hilangnya lingkungan belajar tersebut adalah penurunan motivasi anak dalam belajar.

Berkaitan dengan motivasi belajar dalam teori self-determination, menyebutkan bahwa motivasi seseorang berkaitan dengan tiga kebutuhan psikologis dasar seperti, kebutuhan otonomi (feeling free to act), kebutuhan kompetensi (feeling capable), dan kebutuhan keterkaitan (feeling connected). 

Berdasarkan teori tersebut, stimulasi visual saja sebagai pengganti lingkungan belajar yang hilang kemungkinan tidak akan efektif jika tidak dapat memenuhi ketiga kebutuhan tersebut. 

Selain itu, Ryan & Deci (2000) juga menyebutkan tentang pentingnya memperhatikan jenis stimulasi dengan motivasi intrinsic seseorang, "It is critical to remember, however, that people will be intrinsically motivated only for activities that hold intrinsic interest for them, activities that have the appeal of novelty, challenge, or aesthetic value.".

Ragam stimulasi yang berkaitan dengan hal yang secara intrinsik berkaitan dengan minat seseorang dapat memberikan stimulasi yang lebih baik. 

Berkaitan dengan kebutuhan estetis, umumnya orang-orang mencari berbagai hal dalam dunia ini untuk memenuhi kebutuhan mereka dan akan mencari apa yang mereka anggap penting dan sesuai dengan keinginan pribadinya. Upaya pencarian yang dimaksud bukan hanya dilakukan oleh orang dewasa tapi juga oleh anak-anak. "People search their world for what is important to them. They look for what they need. 

They see what they want. This is as true of preschool children as it is of adults." Mayesky (2002: hlm. 46). Hal tersebut tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa yang sudah memiliki intelejensi dan selera estetis yang matang tapi juga dilakukan oleh anak-anak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun