Mohon tunggu...
Hellobondy
Hellobondy Mohon Tunggu... Pengacara - Lawyer, Blogger, and Announcer

A perpetual learner from other perspectives. Find me on IG : nindy.hellobondy Blog : Hellobondy.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Membongkar Stereotip Lapas Perempuan

2 Oktober 2019   13:05 Diperbarui: 2 Oktober 2019   16:10 4331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumen pribadi

"Ngeri.."
"Takut.."
"Serem ah.."

Mungkin, itu hal pertama yang akan terbesit di benak kita ketika mendengar "penjara" namun sekarang kita sudah terbiasa mendengar kata "lembaga permasayarakatan". 

Belum lagi berita tentang lapas yang minta pungli, atau peredaran narkoba di dalam lapas. Image itu jadinya muncul di alam sadar dan akhirnya yaa jadi parno sendiri. Nah, Walaupun aku sering melewati, dan singgah di depan Lapas Perempuan Palembang. Namun, aku sendiri belum menengok gimana keadaan di dalamnya. 

Beberapa hari lalu, aku bersama teman-teman lain berkesempatan mengisi acara di Lapas Perempuan Palembang. Hari itu, ia akan memberikan ketrampilan membuat bunga flanel, ketika ia menghubungi aku pun menyambut dengan antusias.

Aku sedikit telat dari jadwal 15 menit berlalu ketika mereka sudah siap di ruangan. Aku bingung di mana pintu masuknya. Oh, ada tembok merah diantara dinding, dan ada besi bulat yang ternyata untuk mengetuk.

Ku ketuk tiga kali, biar seperti film-film horor, jelas saja ada yang menyaut dan membukakan pintu. Aku jelaskan mau kemana dan mereka mengarahkan untuk menaiki anak tangga dan menuju ke kanan. Di pintu masuk, tidak ada seperti bayanganku, bakalan banyak pengecekan dan lain-lain. Ternyata aku masuk seperti memasuki sebuah "sekolah".

Ada musik terdengar cukup keras memenuhi lapangan, sekitar 20-an lebih penghuni lapas menggerakan tubuhnya mengikuti musik yang memang asik untuk dance. Aku bingung kok mereka bisa menari di lapangan dan bukan di ruangan saja.

Aku segera memasuki ruangan tempat pelatihan, di ruangan yang cukup luas dipenuhi mesin jahit sekitar 20-an dan beberapa kerajinan tangan. Di sana teman-teman sudah mulai membuat kerajinan bunga flanel flanel, akupun segera membaur.

Aku butuh beberapa waktu untuk membaca keadaan, dan memikirkan pertanyaan-pertanyaan seperti apa yang bisa aku lemparkan tanpa menyingung perasaan para penghuni lapas.

Pertama kali yang aku lakukan adalah membuang pikiran-pikiran menghakimi, dan memposisikan diri sebagai teman mereka. Jelas saja, akhirnya aku bisa cukup cepat melebur dengan penghuni lapas, kami bercerita banyak hal.

Banyak cerita haru dan memotivasi untuk dibagikan. Beberapa dari mereka bercerita dengan bercucuran air mata, aku mencoba tenang dan memberikan empati yang tepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun