Mohon tunggu...
Hellen Nur Qolbi
Hellen Nur Qolbi Mohon Tunggu... lainnya -

orang gak penting yang lagi belajar menulis tanpa ditunggangi kepentingan

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kampungku yang Udik

19 Mei 2012   03:17 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:07 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ssssttttt......mbaca judulnya jangan keras-keras, kalo kedengaran ma orang kampungku bisa ngamuk mereka. Kemaren, karena libur cukup panjang, aku menyempatkan diri tuk pulang kampung. Kebiasaan kalo pulang kampung, aku suka mampir di warung sate Padang favorit. Eh taunya di warung sate ada sodara yang juga lagi menikmati sate juga. Sodara ku cowok, lagi kuliah kalo gak salah di bidang kesehatan, perawat atau apalah yang penting sekolah di bidang kesehatan.

Aku mulai berfikir, udah berapa orang ya sodaraku cowok yang sekolah kesehatan? Setelah di hitung-hitung taunya banyak. Fikiranku mulai melayang-layang, kebanyakan orang tua di kampungku mendorong anaknya untuk sekolah jadi bidan, perawat, dokter, atau guru dan sejenisnya yang unjung-ujungnya jadi pegawai. Capek-capek bekerja di sawah, ladang ataupun jadi nelayan pengharapannya hanya supaya anak-anaknya jadi pegawai (?)

Tapi mungkin pengharapan seperti ini tidak hanya di kampungku, banyak di kampung-kampung lain di Indonesia raya ini, para orang tua seperti itu. Ini pola fikir, butuh beratus tahun untuk merobah pola fikir yang sudah melekat. Mendesak kebanyakan orang tua di Indonesia untuk merubah paradigma dalam mendidik anak tentu butuh energi yang luar biasa besarnya. Inilah mungkin kelemahan pemerintah dalam menjadikan negara ini jadi negara enterpreneur, namun bagi pemerintah yang cerdas, kelemahan tidaklah melulu jadi kelemahan. Poles saja sedikit kelemahan tersebut, cukup menambah kemampuan bahasa, jadilah paramedis dan guru tersebut tenaga kerja trampil yang siap bersaing di bursa tenaga kerja dunia. Ku mulai bermimpi, suatu saat kampungku yang udik jadi kampung pengekspor paramedis terkenal di dunia Internasional.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun