Mohon tunggu...
Helga Evlin Zendrato
Helga Evlin Zendrato Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pecinta Tinta

Berlarilah yang kuat, setidaknya tetap berjalan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sebaris Kata Terlambat Kusampaikan

2 Juni 2020   14:00 Diperbarui: 2 Juni 2020   14:04 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setelah gelap malam, matahari di ufuk timur memperlihatkan diri. Satu per satu tombol lampu dimatikan. Pagi ini udara bersih. Langit tidak sekelabu kemarin. Burung-burung terlelap di dalam sangkar, kupu-kupu belum singgah pada bunga. Binatang-binatang itu mungkin saja menikmati keindahan di dalam kantuk yang terlelap. 

Di depan rumahku, deretan motor diselimuti embun. Kutuliskan serangkaian kata yang mampu menggambarkan isi otakku saat ini. "Hari ini mau ngapain?" embun membuat tulisanku menjadi kaligrafi yang luntur. 

Bukan masalah lagi soal itu. Namun, belum dapat ide mau melakukan apa sepanjang hari.  Matahari menyentuh ubun-ubunku. Aku merasakan hangatnya, ini pun yang membuatku kembali masuk ke dalam ruang berbentuk persegi 3 X 3 meter. 

Tampaknya energi yang kuat menarikku menghampiri sebuah laptop dan menyalakannya. Masih terngiang-ngiang aku harus berbuat apa. 

Aku mengunjungi sebuah blog yang mengantarkanku pada pikiran yang panjang. Pikiran yang mendorongku jauh ke daftar pertanyaan berunut. 

Ada apa dengan deretan 26 abjad yang tidak pernah berhenti untuk menagihku? Blog yang menantangku untuk merangkai kata-kata telah memengaruhi beberapa orang juga dalam dunia menulis. 

Para pemimpi yang mewujudkan mimpinya, tidak hanya bermimpi di malam hari saat mata terlelap. Pemimpi mengejar subuh agar melihat surya bersinar. Mengejar siang untuk  menaklukkan sengat matahari. 

Menunggu sore agar menjenguk senja. Menanti malam untuk tinggal berteduh dalam cerita. Tidak semua mampu menjadi kisah yang utuh. Kadang kala ada yang terlewatkan, terlupakan, dan syukurlah kalau ada yang teringat. Seperti kala subuh di bulan Januari 2019. 

Hal ini membuatku terkejut. Tidak pernah kuterima telpon pukul 3 subuh. Itu memang kulakukan karena mataku belum ingin melepas pejamannya. 

Alhasih, jam 4 lewat 20 menit aku mengecek alarm. Aku berhasil mengalahkan rencana untuk bangun pukul 5 pagi. Kabar yang membuatku terdiam untuk beberapa waktu ke depan adalah kehilangan. Ada orang-orang telah menjadi sosok yang baik bagiku dalam waktu yang lama. 

Tidak sedikit wejangan akan kudengarkan darinya bila nilai-nilaiku melandai. Tidak sedikit pula makanan akan dibelikannya bila nilai-nilaiku menanjak. Untuk saat itu, ia pergi. Pergi dari cerita-ceritaku berikutnya. Aku belum sempat menangis untuk mengatakan bahwa aku mengasihi dia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun