Mohon tunggu...
Helena Halim
Helena Halim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Cuma Mahasiswa Biasa

suka NCT, Taylor swift, main game, menulis, menonton, membaca novel, memasak dan banyak lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Trip

Dari Tahura dengan Cinta: Slice of Life Mahasiswa PMM4 di Bandung

20 Februari 2024   02:16 Diperbarui: 20 Februari 2024   02:22 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Banyak orang menganggap perjalanan sebagai sebuah pengalaman dan memang begitulah demikian, terletak di wilayah Desa Ciburial, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda menjadi destinasi wisata yang pertama kali saya kunjungi dan menjadi awal muda kegiatan Modul Nusantara untuk memenuhi rangkaian kegiatan Pertukaran Mahasiswa Merdeka 4 di Universitas Pendidikan Indonesia.

Dalam kegiatan ini saya tidak sendiri ditemani oleh Dosen Pembimbing, 2 orang LO dan 24 teman lainnya, petualangan dimulai pada pukul 07.00 pagi hari, kami di koordinir untuk berangkat menggunakan kendaraan online menuju langsung ke gerbang Taman Hutan Raya dengan jarak yang ditempuh sekitar 8,4 km.

Saya bukan tipe yang selalu menikmati jalan kaki, namun tidak berlaku ketika saya menapakkan kaki di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, atmosfer alam yang sangat kental mulai memasuki indra tubuh.

Tidak hanya menikmati tiap destinasi yang ada di dalam Hutan Raya, saya merasa sangat luar biasa bagaimana berjalan melintasi hutan dapat membantu menjernihkan pikiran.

        Jalan setapak, pohon rindang, sinar matahari, burung yang bernyanyi, kumpulan monyet, dan orang-orang yang menikmati alam hutan sangat terlukis jelas didalam ingatan.

       Perjalanan yang tak terhitung langkahnya, air kelapa yang manis, gorengan, dan kehangatan penduduk yang ada di sekitar benar-benar membantu saya mengembalikan rasa damai.

       "Alam memang merupakan obat terbaik untuk menjernihkan pikiran dan menghilangkan stres"

Tidak hanya alam yang indah namun juga sejarah legasi kolonial, masih sangat terekam jelas dalam ingatan ketika memasuki Goa Jepang saya disambut dengan kegelapan di sepanjang jalan, suhu sekitar yang menurun drastis, suasana mencekam, lorong dengan banyak belokan, kelelawar yang menghiasi dinding goa, saya sempat merasakan sensasi tidak nyaman pada perut saya.

Namun itu hanya perasaan sementara, dosen pembimbing kami memberikan bumbu pemanis dengan cara mengajak kami ke setiap ujung goa yang buntu, awalnya kami tidak tahu apa tujuannya namun ternyata untuk mengajak berswafoto, tidak sampai disana ketika kami berjalan menggunakan pencahayaan dari gadget, pembimbing kami mengejutkan kami dengan tiba-tiba muncul didepan dan membuat beberapa anggota terkejut dan diakhiri dengan tertawa bersama-sama.

Setelah keluar dari Goa Jepang dilanjutkan berjalan beberapa meter untuk memasuki Goa Belanda, tidak jauh berbeda namun disini ruangan didalam goa lebih sempit dibandingkan Goa Jepang, namun goa ini dijadikan jalan pintas untuk pergi menuju destinasi selanjutnya yaitu Penangkaran Rusa.

Di akhir perjalanan kami mengunjungi monumen Ir. H. Djuanda, tidak lupa selama perjalanan mendokumentasikan kegiatan yang dilakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun