Mohon tunggu...
Helen Adelina
Helen Adelina Mohon Tunggu... Insinyur - Passionate Learner

Try not to become a man of success, but rather try to become a man of value - Einstein

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Standar Kecantikan yang Tak Ramah Perempuan

24 April 2021   14:19 Diperbarui: 26 April 2021   13:00 1178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perempuan yang berbeda warna kulitnya. (sumber: Thinkstockphotos via kompas.com)

Mungkin saja si selebritis juga sudah berkonsultasi dengan dokter terkait pola makan dan aktivitas olahraga yang sesuai dengan dirinya. Ada lagi artis yang tampak langsing seperti badan anak gadis, padahal baru saja melahirkan. Banyak orang terinspirasi mengikuti jejaknya tanpa memperhitungkan kecukupan gizi anak yang masih disusui.

Dampak Standar Kecantikan terhadap Perempuan

Pada tahun 2016, The Dove Global Beauty and Confidence melakukan penelitian tentang kepercayaan diri perempuan terhadap tubuhnya. Ada 10.500 perempuan yang diwawancarai di 13 negara, 5.165 orang di antaranya gadis-gadis yang berumur 10-17 tahun. 

Hasil studi cukup mengkhawatirkan bahwa terjadi penurunan kepercayaan diri perempuan di seluruh dunia dan sumber utamanya adalah tekanan dari media, terutama media sosial. 

Banyak perempuan memiliki masalah harga diri yang rendah, terlepas dari usia dan geografis. Secara global, 85% perempuan dan 79% anak perempuan yang diwawancarai melaporkan memilih keluar dari kegiatan sosial, setidaknya sekali, karena merasa tidak percaya diri. Secara keseluruhan, 9 dari 10 perempuan dan 7 dari 10 anak perempuan mengatakan mereka berhenti makan atau membahayakan kesehatan mereka.

Dikutip dari Guardian, penelitian oleh Mental Health Foundation (MHF) dengan lebih dari 4000 partisipan menemukan bahwa citra diri yang buruk dapat mempengaruhi semua usia, tidak hanya orang-orang berusia muda. 

Dampak yang ditimbulkan selain merusak kepercayaan diri, juga memicu masalah mental antara lain: kecemasan, jijik terhadap diri sendiri, menyakiti diri sendiri, eating disorder, hingga pikiran untuk membunuh diri sendiri. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa bertambahnya usia tidak linier dengan penerimaan sesorang terhadap tubuhnya sendiri.

Artikel NEDA yang berjudul “Body Image and Eating Disorder” menyatakan bahwa 40-60% gadis usia sekolah dasar mengkhawatirkan berat badan mereka. Lebih dari separuh gadis remaja melewatkan waktu makan, tidak makan sama sekali atau puasa, merokok, muntah dan minum obat pencahar untuk mengontrol berat badan mereka.

Studi yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO) menemukan bahwa 40% perempuan yang disurvei di negara-negara seperti Tiongkok, Malaysia, Filipina dan Korea Selatan mengatakan bahwa mereka menggunakan produk pemutih secara teratur. Sedangkan di India dan Nigeria, masing-masing sebesar 61% dan 77%. Saya pikir untuk Indonesia, hasilnya tidak terlalu jauh.

Produk kecantikan merupakan salah satu teman akrab kaum perempuan, mulai dari produk perawatan kulit, sabun, shampoo, losion, kosmetik, cat kuku, dll. 

Sangat jarang konsumen mengecek apakah bahan-bahan yang digunakan dalam produk kecantikan ini aman bagi kesehatan. Kebanyakan konsumen hanya mementingkan hasil seperti yang diiklankan olehproduk tersebut. Produk pemutih yang mengandung seperti merkuri dan hidrokuinon yang melebihi batas yang diperbolehkan marak beredar di pasar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun