Di tengah hutan pinus yang menjulang tinggi, tersembunyi sebuah loka yang hanya diketahui oleh sedikit orang.Â
Bukan loka biasa, tetapi observatorium kuno Rumah Cahaya, yang dibangun oleh seorang astronom berabad-abad yang lalu. Malam itu, Elara, seorang ahli astrofisika muda yang bersemangat, tiba di sana. Ia telah mendengar banyak rumor tentang kemampuan Rumah Cahaya untuk "menghubungkan" pengamatnya dengan bintang-bintang secara lebih dalam, bukan hanya melalui lensa teleskop. Loka ini, menurut legenda, adalah tempat pertemuan antara akal manusia dengan kosmos.
Elara mematikan mesin jeep-nya, lalu menatap kagum pada bangunan batu berlumut yang ada di hadapannya. Jendela-jendela di observatorium memantulkan cahaya bulan, menghasilkan bayangan seperti mata-mata yang mengawasi alam semesta. Udara dingin pegunungan menyengat, tetapi semangat Elara membara. Ia telah menghabiskan bertahun-tahun mencari bukti keberadaan planet asing yang mampu menyokong kehidupan, dan rumor tentang loka ini memberinya harapan baru. Ia merasa bahwa di loka inilah ia akan menemukan jawaban.
Di dalam, aroma kayu tua dan kertas memenuhi udara. Teleskop raksasa yang tampak seperti meriam kuno mendominasi ruangan utama. Debu menari-nari dalam cahaya bulan yang menembus celah-celah observatorium. Elara meletakkan ranselnya di meja yang terletak di samping teleskop dan mendekati panel kontrol yang dipenuhi tombol-tombol dan tuas berkarat. Sebuah prasasti kuno terukir di bawahnya: "Di loka ini, pikiran dan badan bertemu kosmos." Ini adalah petunjuk pertama di loka misterius ini.
Ia mulai menyalakan sistem dengan hati-hati, mengikuti petunjuk yang ia temukan di catatan penelitian kakeknya, seorang astronom yang juga terobsesi dengan Rumah Cahaya. Setelah beberapa saat, lampu-lampu kecil berkedip, dan sebuah dengungan rendah memenuhi ruangan. Kubah di atas mulai berputar perlahan, mengeluarkan suara berderit sambil membuka celah untuk menampakkan langit yang dipenuhi bintang. Elara mengintip melalui lensa teleskop, mengatur fokus, dan mencari galaksi-galaksi jauh.
Tiba-tiba, panel di depannya bersinar. Sebuah hologram tiga dimensi muncul di udara, menampilkan sebuah planet yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Permukaannya berwarna biru-kehijauan, diselimuti awan-awan tebal, dan di salah satu kutubnya, terlihat cahaya misterius yang berdenyut. Jantung Elara berdebar kencang. Rasanya ia bisa merasakan atmosfer planet itu, bahkan mendengar hembusan anginnya. Seolah-olah ia telah dipindahkan ke loka itu sendiri.
Sebuah suara lembut memenuhi ruangan. "Anda telah menemukan loka yang tepat, Elara."
Elara terkejut, menoleh ke belakang, tetapi tidak ada siapa pun. Suara itu berasal dari hologram itu sendiri. "Siapa itu?" tanyanya, suaranya sedikit gemetar.
"Kami adalah penjaga loka ini, dan Anda, Elara, telah kami tunggu," jawab suara itu. "Planet yang Anda lihat adalah rumah kami. Kami telah mengamati Anda, kegigihan Anda, dan keinginan Anda untuk memahami alam semesta. Ini adalah pertemuan takdir."
Elara mendekat ke hologram, tangannya terulur seolah ingin menyentuh planet itu. "Anda nyata?"
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!