Mohon tunggu...
Heidy Sengkey
Heidy Sengkey Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Ingin selalu berbagi lewat tulisan...\r\n\r\nMenghargai hidup dengan kerja keras dan mengasihi sesama.\r\n\r\n^__* Jalani hidup dengan penuh ucapan syukur...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Komparasi dan Sedikit Ulasan Antara Jokowi dan Prabowo dalam Debat Capres Jilid-2

16 Juni 2014   22:54 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:28 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menyaksikan acara debat Presiden tadi malam (edisi 2) memang mengasyikkan. Kita dibuat jadi tahu dan mengerti apa sebetulnya jalan pikiran ke dua calon Presiden kita ini, terhadap masalah-masalah perekonomian Indonesia, danjuga tentang kesejahteraan masyarakat. Kita juga jadi tahu, seberapa siap mereka akan melaksanakan apa yang mereka rencanakan itu. Seberapa kuat mereka menguasai pokok-pokok pikiran yang sudah mereka buatkan visi-misinya itu. Sebab seperti yang sudah-sudah, program yang terlalu tinggi di awang-awang tidak akan mungkin direalisasikan. Apa yang ditawarkan haruslah yang realistis dapat dilaksanakan. Sesuatu yang hanya berupa jargon dan retorika juga tidak mungkin menarik minat calon pemilih yang sudah merasa terbohongi selama bertahun-tahun.

Pertama harus saya berikan sedikit catatan, dan catatan ini begitu mengganggu kenyamanan menyaksikan debat, bahwa sudah dua kali acara debat, moderator yang tampil sepertinya kurang oke, kurang berbobot, dan kurang bagus. Pokoknya moderatornya sangat tidak mendukung bagusnya acara ini. Seharusnya belajar dari debat pertama. Ini harus menjadi catatan KPU dan tim penyelenggara debat. Dari suara moderatornya saja sudah nggak enak didengar. Bagaimana ini? Ini catatan pribadi saya, kalau kurang setuju ya wis.

Secara keseluruhan saya menilai apa yang disampaikan Jokowi itu sangat achievable dan masuk akal. Apalagi ada beberapa program yang sudah sementara ia jalankan dan lakukan. Sedangkan di sisi lain, Prabowo mewacanakan hal-hal yang terlalu general, dan textual. Bahkan ketika diminta moderator mengelaborasikan secara lebih rinci tentang program ekonomi kerakyatan yang dia gaungkan, Prabowo malah menjelaskan tentang definisi ekonomi kerakyatan. Ya kalau tentang arti ekonomi kerakyatan semua bisa dapatkan di googleb tidak perlu dibahas lagi. Jokowi menjelaskan langkah-langlah konkrit dan kenyataan apa yang akan dan sudah dilakukan di lapangan. Sangat implementatif dan dapat dipahami jelas.

Prabowo juga dengan semangat tinggi mengatakan bahwa yang paling penting adalah mengamankan anggaran negara yang bocor. Saya hitung-hitung ada lebih dari 10 kali ia mengulang-ngulang tentang anggaran yang bocor lebih dari 1000 triliun itu. Bagaimana cara menutup lubang anggaran yang bocor dan dicuri itu kalau pembocor dan pencuri-pencurinya tidak dimasukkan ke dalam bui? Sampai-sampai saya baca sebuah status becanda seseorang di FB yang bilang bahwa Prabowo harusnya bertanya pada SBY yang menjadi Presiden kala itu, dan calon wapresnya Hatta Rajasa yang menjadi Menteri Koord. Perekonomian kala itu. Sebab 1000 triliun itu kan bocor dikala masa kepemimpinan mereka? Hello…..

Ada juga yang menarik lainnya. Ketika berbicara mengenai ekonomi kreatif, Prabowo bertanya kepada Jokowi. Dengan penjelasan yang detail, akhirnya Prabowo yang diberikan kesempatan untuk menyanggah balik malah tidak melakukannya, justru ia menyetujui apa yang dikatakan oleh Jokowi. Ini ada dua kemungkinan, pertama itu dilakukan Prabowo karena memang dia tidak tahu lagi apa yang harus ditanyai balik ke Jokowi saking lengkap dan detailnya apa yang dijawab Jokowi. Kedua, Prabowo memang adalah pribadi yang tulus, makanya karena ide Jokowi bagus, ia pun menerimanya dengan legowo. Prabowo ingin menunjukkan bahwa ia adalah orang yang berbesar hati. Bahkan ia sampai menjabat tangan Jokowi dan memeluknya. Ini sangat sportif dan patut diapresiasi tinggi. Menurutnya arahan timsesnya bilang bahwa jangan pernah setuju dengan apa yang disampaikan Jokowi. Mungkin gampangnya timsesnya mau bilang, supaya ia jangan mengulangi kesalahan seperti apa yang dilakukan Hatta pada debat sebelumnya. Mengiyakan apa yang dikatakan JK.

Banyak hal-hal menarik yang sudah kita saksikan dalam debat kali ini. Misalnya ketika Prabowo menjawab sangat singkat atas pertanyaan Jokowi, sementara itu masih ada sisa waktu sekitar 2 menit. Moderator mempersilakan Prabowo menambah jawabannya. Dia angkat tangan dan bilang itu saja sudah cukup. Kita kan yang capek bicara-bicara mereka enak saja hanya duduk-duduk dan dengar. “…iyaa kan pak bener kan pak…”, Prabowo meminta pembenaran Jokowi. Saya sampai ketawa waktu mendengarnya. Tapi benar juga, Prabowo dan Jokowi mulutnya sampai berbusa-busa menjelaskan ini dan itu, kita yang enak-enakan duduk nonton sambil mengomentari apapun yang kita suka. Malah di TV pakai komentator segala macam, persis lagi nonton bola saja.

Tapi apakah debat ini sungguh signifikan dalam rangka mendulang semakin banyak suara pemilih? Ternyata tidak juga. Ada survey yang mengatakan tidak ada efek sama sekali dalam meningkatkan perolehan suara. Mungkin memang KPU membuat debat ini, hanyalah supaya masyarakat jadi jelas visi dan misi masing-masing capres, mendengarkan secara langsung dari mulut mereka sendiri.

Sebuah survey yang dilaksanakan sebelum debat dan setelah debat (dibahas di studio Metro TV sesaat setelah debatnya usai) menunjukkan bahwa yang mendukung Jokowi masih tetap lebih banyak, lebih tinggi sekitar 10% dari Prabowo. Namun hasil dari penampilan dalam debat, ada sejumlah orang yang disurvey memilih Prabowo katanya menang dari cara dan penampilan debat tadi malam itu, akan tetapi ketika ditanya akan memilih siapa nanti mereka tetap memilih Jokowi. Ini artinya performa dalam debat tidak berdampak signifikan bagi pemilih yang sudah ‘terlanjur’ menentukan pilihannya. Dalam bahasa saya, mereka yang sudah terlanjur jatuh cinta. Mereka yang kadung menyukai. Jadi untuk apa ada debat sampai 5 kali? Ya mungkin untuk supaya rakyat ‘terpuaskan’ menyaksikan calon mereka masing-masing bertarung di panggung debat itu. Juga stasiun TV yang menyiarkan akan dapat banyak pemasukan lewat iklan-iklan. Dari segi itu mungkin iya.

Satu hal yang paling penting menurut saya, adalah bahwa debat itu bukan satu-satunya penentu, namun hanya satu bagian kecil saja, sebab banyak yang mesti dilakukan untuk menunjukkan keseriusan dan kehebatan mereka melaksanakan apa yang mereka dengung-dengungkan selama ini. Debat adalah debat. Kerelaan dalam melayani dan bukan untuk dilayani. Kemauan bekerja keras. Ketulusan dalam menjalankan program kerja, itu semua yang dinanti-nantikan rakyat banyak. Bukan sekedar melihat calon yang akan dipilihnya cuap-cuap di atas panggung debat. Panggung yang tukang jual kecap pun dapat naik ke atasnya.

Menyaksikan debat semalam, saya juga cukup senang, masing-masing capres menyebut tanah kelahiran saya. Kalau tidak keliru, Jokowi mengatakan di Manado dia bertemu Ibu Helly, seorang tukang cuci baju. Prabowo mengatakan bahwa di Sulawesi Utara, satu hektar bisa digarap oleh bla...bla...bla. Mereka ternyata punya perhatian juga ke sana, walau mungkin dalam bentuk perhatian yang berbeda.

Bagi saya, kedua pemimpin ini hebat dan baik. Hanya saja memang tidak mungkin Indonesia dipimpin oleh dua Presiden. Oleh sebab itu hanya akan ada satu dari dua orang hebat ini yang akan terpilih menjadi orang nomor satu di negeri ini. Dan tentu saya dia harus menjadikan Indonesia ini negara yang hebat dan maju di segala bidang, bukan hanya hebat di atas panggung debat semata. HS.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun