Mohon tunggu...
Hedy Lim
Hedy Lim Mohon Tunggu... Guru - Guru

Seorang pembelajar yang pernah mengajar untuk tambahan, lalu mengajar sebagai profesi dan mengajar sebagai panggilan. Apapun alasannya, selalu suka mengajar, dan sekarang (setidaknya menurut PLPG) adalah seorang guru profesional :p

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Fenomena Sekolah Baru

29 April 2022   09:09 Diperbarui: 29 April 2022   09:14 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekolah baru bermunculan? Iya, tapi bukan sekedar sekolah yang baru dibentuk, bukan pula dari berdirinya gedung baru. Namun, lebih kepada pengelolaan baru. Mencakup sekolah negeri maupun swasta. Nasional maupun Satuan Pendidikan Kerjasama.

Dengan dua tahun pandemi, tidak adanya ujian nasional lagi dan perubahan kurikulum pendidikan, mau tidak mau menciptakan fenomena sekolah baru. Sebut saja sekolah penggerak. 

Sekolah yang bersedia dan terpilih ataupun didorong menjadi penggerak maka hampir pasti sekolah berubah. Tentu saja idealnya ke arah yang lebih baik.

Kurikulum merdeka yang digadang - gadang mampu menghadapi tantangan zaman banyak mengangkat pembelajaran melalui proyek. Anak belajar bukan lagi hanya satu arah dari guru, namun dari teman, dari membuat pekerjaan / proyek, dari meneliti dan sebagainya.

Tidak adanya ujian nasional yang walau bukan lagi standar kelulusan tetapi faktanya masih menjadi acuan sekolah - sekolah sebagai ujian akhir suatu jenjang, membuat sekolah berpikir dan mengembangkan ide untuk mencari bentuk ujian lain sebagai standarnya. 

Berbagai pihak menilai ujian standar banyak kekurangan, namun berbagai pihak pula merasakan tanpa sebuah ujian akhir yang memiliki standar maka hasil belajar siswa masih belum sah teruji. 

Terlebih belakangan, UNBK boleh tak ada, tetapi persiapan UTBK menjadi pelajaran wajib bagi siswa SMA kelas 12. Training dimasukan dari awal tahun ajaran demi meluluskan siswanya nanti ke PTN.

Di saat masih banyak pihak menempatkan peringkat sekolah berdasarkan hasil sebuah ujian, menilai siswa belajar maksimal atau tidak juga didasarkan atas hasil ujiannya, maka bisa jadi membuat banyak sekolah berpikir ulang, apakah akan mengikuti kurikulum merdeka (yang masih menjadi pilihan di tahun ajaran 2022 - 2024 dan mungkin akan diwajibkan di tahun 2024 setelah evaluasi masa pemulihan pendidikan paska pandemi nanti)? 

Atau apakah mulai mempersiapkan diri dengan adaptasi kurikulum luar yang masih lengkap menawarkan ujian standarisasinya plus mengedepankan pembelajaran berbasis proyek?

Kurikulum merdeka konon memberikan keleluasaan setara kurikulum dari luar negeri, di mana memotong sejumlah materi pelajaran (yang sudah beririsan) dan memperbesar porsi bagi siswa untuk menguasai lebih fokus dengan melakukan pembelajaran proyek. Ini sudah berjalan di sekolah - sekolah penggerak dan nanti akan berjalan di sekolah calon penggerak maupun sekolah biasa yang ingin implementasi di tahun ajaran 2022. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun