Mohon tunggu...
Hayana Qonita
Hayana Qonita Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Welcome!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penerapan Metode Pembelajaran Hybrid Learning Pasca Covid-19

22 Desember 2022   16:32 Diperbarui: 22 Desember 2022   16:36 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Berakhirnya masa pandemi covid-19 membuat sistem pelaksanaan pembelajaran di indonesia juga berubah. Jika pada era pandemi diterapkan metode pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang dimana seluruh peserta didik mengikuti pembelajaran dari rumah secara online, maka berbeda halnya ketika memasuki pasca pandemi covid-19 yang dimana pembelajaran mulai diterapkan dengan metode hybrid learning. Hybrid learning merupakan kombinasi antara metode pembelajaran jarak jauh (PJJ) dan metode pembelajaran tatap muka (PTM).

Dalam penulisan kali ini, penulis ingin menganalisis penerapan metode pembelajaran hybrid learning pasca pandemi covid-19 dikaitkan dengan teori progresivisme John Dewey. Dewey mendefinisikan progresivisme pendidikan dapat di lakukan dengan rekonstruksi atau reorganisasi pengalaman, artinya mengembangkan makna pengalaman dari yang sebelumnya untuk kemudian mampu meningkatkan kemampuan selanjutnya. Dewey menegaskan bahwa pendidikan itu "preparing or getting ready for some future duty or privilage" (mempersiapkan untuk mendapatkan banyak tugas atau tanggung jawab di masa yang akan datang) (Dewey, 1916: 74).

Progresivisme merupakan suatu kemampuan bergerak ke arah perbaikan yang kemudian memiliki tujuan jelas ke depan dalam rangka menjadi manusia yang dinamis dan kreatif, memiliki wawasan berfikir luas, serta memiliki keleluasaan dalam mengeksplore dirinya tanpa adanya tekanan dari orang lain. Maka kemudian hal tersebut menurut Dewey pendidikan lebih megarah kepada suatu konsep yang harus dikembangkan, sehingga pandangan progresivisme pendidikan John Dewey sejauh ini menghendaki adanya asas fleksibilitas untuk memajukan pendidikan, dan pendidikan semestinya bersifat demokratis. Oleh karena itu progresivisme tidak menyetujui pendidikan yang bersifat otoriter, karena pendidikan yang otoriter akan mematikan potensi peserta didik untuk hidup sebagai manusia yang senang dalam menghadapi pelajaran (Ireine, 2009).

Berdasarkan teori progresivisme John dewey ini, dengan adanya peralihan metode pembelajaran membuktikan bahwa secara bertahap pendidikan Indonesia mulai pulih kembali dengan menerapkan metode pembelajaran yang efektif dan efisien. Tidak hanya sekedar belajar mengajar melalui teknologi seperti pada era pandemi covid-19 lalu, tapi juga melibatkan proses hubungan sosialisasi yang interaktif antar individu (Inah, 2015). 

Beralihnya metode pembelajaran dari PJJ ke hybrid learning  tersebut merupakan salah satu progress tahap awal pendidikan untuk kembali seperti semula (recovery) sebelum adanya covid-19, dimana pembelajaran dilakukan secara full tatap muka. Jadi, sekolah tidak hanya sebagai arena proses belajar mengajar tapi juga tempat terjadinya proses sosialisasi yang interaktif dan intensif serta penanaman moral yang efektif, sehingga peserta didik dapat berkembang dari segi pola pikir akademis, pendidikan moral dan hubungan sosialnya. Tentunya hal itu akan sangat kurang efektif jika sistem pendidikan dilakukan dengan metode PJJ (online), karena untuk mencapai keberhasilan pendidikan tersebut diperlukan adanya pertemuan langsung tatap muka secara intensif.

Adanya penerapan metode PJJ saat pandemi membuat sebagian besar peserta didik merasa kemampuan akademis, keterampilan, dan yang lainnya justru menurun dari sebelumnya (Burhendi, 2019). Mereka merasa metode pembelajaran ini kurang optimal untuk diterapkan di Indonesia. Hal ini karena banyaknya keterbatasan-keterbatasan yang dirasakan oleh pendidik maupun peserta didik. Mulai dari keterbatasan peralatan untuk sekolah daring, karena tidak semua siswa berasal dari keluarga yang kondisi ekonominya baik sehingga mempunyai atau dapat membeli laptop.  Kesulitan akses platform penunjang pembelajaran, karena pembelajaran dilakukan secara online sehingga mengharuskan mereka memanfaatkan teknologi tapi realitanya tidak semua pendidik dan peserta didik sudah melek akan teknologi zaman modern ini. Tingkat pemahaman materi yang rendah juga menjadi salah satu keterbatasan yang dirasakan, karena kurang efektifnya interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara pendidik dengan peserta didik sehingga materi yang diberikan pendidik kurang dipahami oleh peserta didik.

Diterapkannya metode hybrid learning sebagai harapan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di masa pasca pandemi ini bertujuan sebagai pembelajaran yang paling efektif dan efisien dengan pembelajaran bermediasi teknologi (Putra, 2015). Selain itu, metode hybrid learning ini memudahkan siswa yang kesulitan mengakses internet dan memiliki keterbatasan alat untuk sekolah daring. Para siswa dengan keterbatasan tersebut bisa datang ke sekolah dua hingga tiga hari dalam seminggu untuk melakukan pembelajaran tatap muka. Metode hybrid learning ini juga menerapkan sistem kuota 50 persen. Di mana siswa yang diperkenankan hadir untuk mengikuti pembelajaran hanya setengah dari jumlah seluruh siswa dalam satu kelas dan sisanya masih melakukan pembelajaran daring atau pembelajaran jarak jauh (PJJ) dengan menggunakan aplikasi video conference yang sudah disiapkan oleh guru (Horn et al., 2014).

Berbagai bentuk dan model pembelajaran disajikan dengan menggunakan audio maupun video. sehingga dalam hal ini peran teknologi menjadi keunggulan dalam pembelajaran tertentu serta karakteristik bidang tertentu. Untuk memenuhi semua kebutuhan belajar dengan berbagai karakteristik kebutuhan belajar maka pendekatan melalui hybrid learning saat ini dianggap adalah yang paling tepat. Hybrid learning memungkinkan pembelajaran menjadi lebih profesional dalam menangani kebutuhan belajar dengan cara yang paling efektif, efisien, dan memiliki daya tarik yang tinggi.

Dalam metode hybrid learning ini, para pendidik dan peserta didik mengandalkan pengalamannya untuk melakukan kombinasi sistem pembelajaran dari metode PJJ dan PTM yang sebelumnya sudah pernah mereka lakukan secara terpisah. Mereka secara bergiliran melakukan pembelajaran secara online dan offline, dari pengalaman sebelumnya tentu mereka sudah memahami kekurangan dan kelebihan setiap metode. Maka dari itu, mereka melakukan proses pembelajaran dengan sebaik mungkin sehingga kemampuannya dapat meningkat. Misalnya, ketika mereka merasa kurang efektif saat pembelajaran dilakukan secara online, mereka bisa mengoptimalkan proses pembelajaran saat mereka kebagian offline. Begitupun sebaliknya, ketika mereka merasa lebih efektif melalui pembelajaran secara online dan memiliki hambatan untuk melakukan pembelajaran secara offline, mereka bisa mengoptimalkan proses pembelajarannya saat mereka kebagian online.

Dengan demikian, diterapkannya metode hybrid learning menjadi progress sistem pendidikan Indonesia menuju lebih baik lagi dengan mengkombinasikan metode PJJ dan PTM. Kombinasi tersebut dapat membuat pendidik dan peserta didik mengembangkan kemampuannya melalui pengalaman-pengalaman terdahulunya dan merasakan pengalaman baru yang juga akan membuat kemampuannya berada di tingkat yang lebih tinggi lagi.

Sumber Referensi:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun