Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Miauw

24 Juli 2020   02:45 Diperbarui: 24 Juli 2020   02:41 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : /www.ekor9.com

Aku seekor kucing. Pemilikku selalu memanggilku si Manis. Jelas saja aku manis, kan aku anak bungsu dari tiga bersaudara dan aku satu-satunya anak perempuan. jelas aku manis. Karena anak bungsu aku selalu dimanja oleh kakak-kakakku dan orangtuaku. Bahkan oleh pemilik kucing. Aku terbiasa dielus-elus kepalanya. 

Saking enaknya aku sering tertidur di pangkuan pemilik kucing. Dela namanya. Masa kecilku sungguh dimanja. Dan kini aku sudah menjadi kucing dewasa. Kata kucing lainnya kecantikanku semakin tampak. Apalagi Dela selalu rutin membawaku ke salon hewan. Aku dimandikan, dirawat buluku. Dan tak lupa manicure dan pedicure. Keren kan aku, kucing yang sangat beruntung.

Suatu hari ibuku membawa kucing yang tampak gagah. Dan aku diperkenalkan pada kucing hitam itu. Entah mengapa aku kurang suka dengan gayanya. Terlihat angkuh dan seperti menyepelekan kucing lain. Benar saja saat aku perkenalkan dengan Bumba. Si Koster kucing hitam itu menghinanya. Dan aku memarahinya.

            "Kenapa kau begitu sama  Bumba?"

            "Dia itu tak selevel dengan kita Manis. Ingat loh, aku dan kamu itu sudah dijodohkan." Aku menatap Koster tak percaya. Aku pulang dengan rasa amarah yang meluap.

            "Maksud mama ini apa, aku mau dijodohkan sama Koster?"

            "Ya, Manis, jangan sampai kau salah pilih seperti Kola yang pergi meninggalkanmu . kamu masih ingat kau harus memelihara anakmu sendirian."

            "Mumpung ada yang mau denganmu. Sebentar lagi musim kawin, makanya mama mengenalkanmu dengan Koster". Manis berlalu dengan sedih. Dirinya tak mau dijodohkan. Bagaimana mama bisa begitu. Urusan hati itu tak bisa ditentukan oleh siapapun. Rasa itu ada dalam diri sendiri. Kalaupun watu itu Kola pergi meninggalkanku, itu juga bukan karena dia tak sayang lagi padaku. Ada sebab lain yang tak bisa terselesaikan. Aku tahu itu. Aku biarkan Kola pergi membawa rasa sakit hatiku. Tapi bukan berarti mama bisa seenaknya saja menjodohkan aku.

Aku mulai murung. Entah bagaimana hidupku sekarang. Koster selalu mendekatiku tapi aku muak dengannya. Dan tibalah musim kawin tiba. Veromon dari tubuhku mulaii keluar. Tentu akan tercium oleh banyak pejantan kalau ada betina yang siap untuk dikawin. Dan aku mulai pergi menjauh dari rumah. Aku tak mau Koster yang mendekatinya. Aku  yakin Koster akan melabrak  pejantan lainnya yang akan mendekatiku. Aku mencari Bumba. 

Dimana dia? Aku ingin Bumba mencium veromonku dan mendekatiku. Tapi kemana dia? Aku berlari mencari Bumba. Sampai kakiku lelah tapi aku tak bisa menemui Bumba. Veromonku masih keluar. Dan aku tak boleh terlacak oleh Koster. Aku mulai berlari kencang. Sambil sekali-kali mencari Bumba. Dimana Bumba. Aku ingin Bumba jadi pasanganku bukan Koster. Aku berlari terus . Dan di dekat gudang beras , aku melihat kucing tergeletak. Bumba

            "Bumba, bangun, bangun." Aku mencoba membangunkan Bumba, tapi Bumba diam saja. Bumba sudah mati. Dia diam membisu. Cintaku dibawanya pergi. Aku diam di sisinya. Tidur dalam pelukan Bumba. Biar aku ingin bersamamu. Tapi gimana veromonku masih keluar. Pasti Koster akan menyusulku. Aku mulai menabrak pintu gedungs ekuat tenaga. Aku harus mati, biar veromonku tak keluar lagi. Terus aku berusaha membenturkan kepalaku ke pintu gudang sampai aku merasakan perih di kepalaku. Aku mendekati Bumba dan berbaring di sisinya. Darahku mengalir terus. Aku mulai tak sadar. Diam. Sunyi tak ada satupun suara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun