Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jaringan Parut

18 Juni 2020   02:33 Diperbarui: 18 Juni 2020   03:07 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : https://palembang.tribunnews.com

Aku ini siapa? Aku ini luka. Luka yang pernah menorehkan tangan mulus Dona. Dona jatuh dari motor dan menyeret tubuhnya di aspal. Luka memanjang di lengan mulusnya membuat luka yang memanjang. Dona di bawa ke rumah sakit. Terlihat Dona kesakitan dengan lukanya. Darah mengalir. Tahukah kalian? Bukan Dona saja yang sakit.

Aku luka yang menoreh di tangannyapun kesakitan. Perih dan basah karena darah yang keluar. Saat di rumah sakit, dibersihkan dengan alkohol. Dan itu membuat Dona dan aku menjerit bersamaan. Tak terkira perihnya dan itu seperti menyayat hati. Saat dijahit memang tak terasa sakit karena lengan Dona di bius. Tapi tahu gak? Sesudahnay lukanya sering berdenyut-denyut dan perih.

Kalau sudah begitu Dina akan memakan pil penghilang rasa sakit. Hilanglah sakit itu. Butuh waktu sangat lama aku sembuh. Tapi ternyata rasa sakit aku ini membuat jaringan parut di tangan Dona. Bekas yang tak pernah terlupakan seumur hidup Dona. Juga bagiku. Luka ini akan mengingatkan akan rasa perih dan sakit saat terbuka. Kini aku menjaga agar jaringan parut itu tetap baik adanya. Dona terus mengolesi salep untuk jarinagn parutnya.

Tapi apa daya, tak mampu ditolak saat Dona berjalan pulang dari kampus malam hari ada yang menarik tasnya begitu keras dan ada yang menodongkan pada lehernya. Saat Dona berontak, pisau itu menoreh di jaringan parutnya. Luka itu terbuka lagi. Aku mulai kesakitan . walau lukanya tidak sebesar dulu tapi rasa perih justru lebih besar. Aku kini menjadi luka yang sangat menyakitkan. Ternyata terluka untuk kedua kalinya begitu perih walau di tempat yang sama.

Dan aku merasakan sakit yang luar biasa dan mengingatkan akan peristiwa yang lalu yang membuat luka panjang ini. Luka baru mengingatkan luka lama. Dan itu menorehkan duri yang menusuk bagai sembilu . Tangisan Dona dan aku membuktikan kalau luka baru tak mungkin akan menutup luka lama , kalau luka itu masih tersimpan rapih dalam lubuk hati. Inikah rasa luka yang aku rasakan separah ini?

Sehingga luka baru membuatku semakin sakit dan mulai membuatku kelimpungan. Rasa sadar akan luka ini membuat aku mulai tak bisa bertahan. Dona terlambat datang ke rumah sakit . karena situasi yang saat itu sepi dan tak ada kendaraan. Kuman tetanus sudah masuk dalam luka. Dona kejang-kejang dan aku mulai merasakan perih yang sangat. Aku mulai reriak . mulai tak tahan dengan bau obat.

Dan aku mulai pingsan. Saat terbangun, aku melihat tubuh Dona kaku di ranjang rumah sakit. Tak lama kemudian kerabatnya banyak yang datang dan mulai menangisi. Pantas saja aku sudah tak merasa sakit lagi Dona sudah tiada. Apakah rasa sakit ini akan hilang dengan tiadanya . Rasa sakit dibawa mati, akankah akan menyembuhkan luka? Iya, kini aku tak merasakan luka ini. Walau aku sendiri luka itu. Aku tak lagi merasakan apa-apa. Aku tertidur dengan tenang, melupakan apa itu sakitnya luka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun