Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Nasib Seekor Babi

13 Maret 2020   02:43 Diperbarui: 13 Maret 2020   02:38 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar :https://www.cnnindonesia.com

Penting gak ya, aku curhat di sini? Secara aku sudah mulai tersisihkan di dunia ini. Aku merasa gak adil. Tuhan menciptakan aku untuk apa kalau hanya dihujat dimana-mana. Perih rasa hatiku. Semua jelas terlihat mengatai-ngatai aku? Gak percaya? 

Aku hanya seekor babi. Babi yang juga mau hidup dengan damai di bumi ini. Tapi kalau semua manusia membenciku dan kadang menghujatku begitu keras, untuk apa lagi aku hidup. Daripada sakit hatiku.

            "Sudahlah jangan kau dengarkan omongan itu?" tukaas kucing

            "Gimana mau gak dengar , mereka begitu seru kalau membicarakan diriku. Kalau kamu sih enak. Kalau liar pasti ada saja yang kasih makan. Bahkan kalau ada yang nyuri ikan di dapur orangpun akan memaklumi. Ini karena kamu hewan yang disayangi Nabi." Kucing akhirnya diam. Kucing juga merasakan sakit kalau dia dihadapkan seperti babi. Ditepuk-tepuk bahu sahabatnya. Kucing tahu gimana perasaan babi.

Sejak dulu, aku selalu disalahkan. Kaum muslim memamg haram makan babi, tapi kan gak perlu juga aku dibenci. Seringkali banyak yang gak mau dekat denganku. Bahkan ada acara dimana ada pameran ternak babi, sampai dibubarkan. Karena ada aku si babi . 

Entah mengapa mereka membenci diriku. Aku salah apa. Lagipula yang makan aku kan orang-orang yang memang boleh makan babi. Tapi kenapa yang ribut orang lain. Katanya sih kalau lihat babi jijik dan haram. Haram kan dimakannya tapi apa berhak membenciku? Lalu kenapa aku diciptakan oleh Allah kalau aku tak diinginkan.

            'Tenang,, kamu sama dengan diriku,"tukas anjing. Seringkali aku dilempari batu, padahal aku gak ngapain-ngapain. Kejar orangpun tidak, menggonggongpun tidak.

            "Memang yang enak itu ya kucing. Mau kucingnya nakal, mau ngotorin atap orang tetap saja disayang-sayang, bahkan diberi makanan,"tukas babi.

Kesabaran babi sudah memuncak. Kini katanya virus corona  pada orang yang makan babi. Lagi-lagi aku yang disalahkan? Padahal kenyataan tidak. Tapi aku sudah menjadi tertuduh untuk kesekian kalinya. Aku mulai murung. Aku jadi tak nafsu makan. Buat apa aku hidup kalau semua benci diriku. Aku jadi masalah buat mereka.Sungguh tak adil.

            "Sabar babi. Tapi paling tidak hewan-hewan yang lain tak membencimu kan? Biarlah manusia seperti itu. Mereka baru kehilangan akal sehat,"tukas anjing. Aku hanya mengangguk lemah. Aku melangkah terus tanpa tahu arah, dan akhirnya aku tersesat di dalam hutan. 

Hutan begitu gelap dan babi mulai ketakutan. Bagaimana kalau ada binatang buas menerkamnya? Tiba-tiba babi melihat seorang kakek-kakek berdiri agak jauh dariku, dekat pohon betringin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun