Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gundik

7 Februari 2020   02:28 Diperbarui: 7 Februari 2020   02:44 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: 123rf.com

Aku merapikan rambutku. Hari ini aku bagian libur. Waktu ini akan aku akan gunakan untuk menikmati hidup. Sudah banyak rencana untuk hari ini. Spa,belanja dan malam nanti mas Rio akan menjemputku untuk menginap di puncak. Sungguh nikmat hidupku kini. 

Beda dua tahun yang lalu aku masih jadi pramugari di sebuah maskapai penerbangan milik pemerintah. Tapi semua upahku kadang tak bersisa. Sebagian aku berikan pada ibuku yang sudah lansia dan tak mampu lagi untuk bekerja. Kadang aku iri melihat banyak perempuan seusiaku bisa bersenang-senang di kafe, nonton bareng teman, sedangkan aku , aku habiskan waktuku untuk bekerja. Demi ibuku. 

Tapi semua itu tergantikan dengan hidupku sekarang. Hidupku lebih berwarna dan semua kebutuhan hidupku semua terjamin. Aku tak perlu lagi susah payah bekerja keras. Kerja bagiku hanya untuk kegiatan semata dan menutupi kalau aku hanya seorang gundik dari pria yang punya jabatan tinggi di perusahaan penerbangan ini. Apa aku salah? Toh yang datang pada aku , mas Rio duluan . Bukan aku. Dia yang merayuku untuk menjadikan aku gundiknya dengan iming-imning sejumlah kesenangan. 

Mengapa aku mau? Bukan karena hartanya saja yang membuat aku mau, tapi mas Rio selalu menempatkan diriku seperti ratu. Selalu bersamanya aku merasa tersanjung setinggi langit. Diriku merasakan dimanja olehnya. Beda banget dengan pacar-pacarku yang dulu. Boro-boro kasih materi, memperlakukan aku saja kadang ingat kadang lupa. Harus selalu aku ingatkan . Sungguh menyebalkan. Mas Rio tahu apa yang dia harus lakukan untukku. Jadi gundik bagiku gak masalah.

Sesaat aku akan keluar rumah, pintu rumahku ada yang mengetuk. Siapa sepagi ini sudah ada yang datang. Tak mungkin mas Rio, dia pasti sudah ada di kantornya. Seorang perempuan masih terlihat cantik di usianya yang sudah mulai menua. Garis- garis kerut terlihat dari sudut matanya.

"Bisa bertemu dengan Sari? Atau ini Sari ya?" tanyanya. Aku mengangguk.

"Perkenalkan aku istrinya Rio." Aku tersenyum dan aku tak boleh terpancing dengan datangnya Mira .

"Oh ya ada apa ? " Tanpa disuruh Mira memasuki rumahku dan memandang semua yang ada di dalam rumahnya.

" Seleramu bagus juga Sari. Semua ini berasal dari uang suamiku." Mira menekankan dengan kuat saat dia menyebutkan suamiku. Mira mengatakan kalau mulai hari ini aku harus memutuskan hubungan dengan mas Rio. Menurutnya mudah aku memutuskannya karena tak terikat dengan surat menikah yang resmi.

"Oh ya aku sudah bilang Rio, kalau dia harus memutuskan kamu. Kalau gak Rio bakal kere. Gajinya sebagai petinggi gak seberapa dibanding kekayaan dari keluargaku. Makanya dia bisa membelikan kamu barang mewah. Karena Rio akan dinon aktifkan sebagai direksi dari perusahaan multi nasional milik ayahku." Aku terdiam. Aku membayangkan Mira bakal marah-marah di hadapanku, tetapi dia tak melakukannya. Mira memang wanita terhormat tahu apa yang harus dia lakukan.

"Oh ya permisi. Camkan ya. " Mira berlalu dari hadapanku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun