Hari ini tak biasanya pak Dani ikut ronda malam. Ia selalu menyuruh orang untuk menggantikannya . Tentu dengan bayaran. Pak Dani punya misi tersendiri datang ke ronda malam. Bermula dari rasa iri hatinya melihat pak Dulah yang menjabat kepala desa begitu disanjung karena pembangunan di desa semakin maju. Apalagi kehidupan pak Dulah semakin baik.Â
Dalam pikiran jeleknya pak Dani pasti pak Dulah ada permainan dengan dana desa. Dia ingin mencoba mencalonkan diri untuk menjadi kepala desa. Apa susahnya sih. Walau dirinya bukan sarjana tapi dirinya yakin dia mampu menjabat sebagai kepala desa. Dia harus jadi kepala desa. Apaun caranya. Makanya dirinya sekarang ada di ronda malam.
 "Wah, tumben nih pak Dani ronda,"tukas mang Karto. Pak Dani tersenyum.
"Iya mumpung lagi santai. Dan ada yang mau dibicarakan di sini." Â Di sinilah pak Dani mulai mempengaruhi orang-orang yang ronda kalau ada korupsi dana desa yang dilakukan pak Dulah. Bahwa pembangunan hanya dinikmati segelintir orang. Dan banyak lagi hal negatif yang dimunculkan di sana. Dan itu bukan di tempat ronda saja. Di saat olahraga minggu pagi, di acara posyandu. Pak Dani mulai bergerilya. Sebelum akhirnya ia mencalonkan diri sebagai kepala desa.
Pak Dulah tahu ada berita bohong yang dimunculkan oleh pak Dani. Banyak yan melapor pada dirinya kalau pak Dani mulai datangi dari rumah ke rumah dengan berita bohongnya. Untuk itu pak Dani akan memaparkan program barunya dan memperlihatkan hasil pembangunan yang ada di desa. Jangan sampai penduduk terpancing berita yang tidak benar. Ada rasa miris saat yang datang sedikit.Â
Ternyata pengaruh pak Dani sudah mulai terlihat. Orang lebih percaya berita bohong daripada kebenaran. Sungguh miris hati pak Dulah. Semua yang diberitakan pak Danu apalagi menyangkut dirinya yang korupsi itu semua tak benar.Â
Di sisi lain pak Dani mulai memobilisasi masarakat untuk mulai menyumbang dana untuk kampanye. Dan pak Dani juga sudah mensugesti kalau masarakat mau memberikana dana artinya mereka sudah jihad di jalan Allah.Â
Ternyata sugesti ini berhasil. Berbondong-bondong masarakat menyumbangkan uang untuk dana kampanye. Pak Dani tertawa keras. Termyata tak sulit untuk bisa menjegal petahana. Hoax. Itu kuncinya.Dan masarakat bodoh yang percaya akan hoax.
Kini pak Dani bisa menikmati kedudukan sebagai kepala desa. Dia lupa akan janjinya. Dia lupa akan banyak orang yang percaya denagn gombalannya. Dia memang rakus. Rakus akan uang. Memang itulah dari awal keinginnan untuk jadi kepala desa bukan untuk melayani tapi uang .Â
Hanya uang yang dipikirkannya. Uang, uang! Tapi masarakat mulai merasa apa yang dijanjikan pak Dani itu hanya bualan saja. Tak ada pembangunan, kalaupun ada itu hanya formalitas saja. Masarakat mulai marah. Marah akan janji yang tak ditepati.
"Kambalikan uangku. Ternyata janjimu tak ada. Aku butuh uang itu,"teriak orang-orang di depan kantor desa. Masarakat sudah muak. Tapi Preman-preman yang digaji pak Dani mengusirnya dengan kasar.Tak ada lagi kekuatan yang bisa menghentikan kiprah pak Dani. Bahkan pak Dulah saja sudah angkat tangan.