Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Masih Adakah Cinta (8)

28 Oktober 2017   03:01 Diperbarui: 28 Oktober 2017   03:18 951
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : http://ciusmiapah.com

Cerita sebelumnya

Pertandingan usai. Skor tipis.Kemenangan untuk Petra. Aku tersenyum pada Gito yang melambaikan tangan padaku. Rara menyenggol lenganku. Aku tersenyum pada Rara. Rara mengedipkan matanya. Keke terlihat gelisah dan mulai berbisik pada Gita, kalau dia mau banget mukul wajah Tara. Mudah-mudahan itu gak bakal terjadi, aku tak mau ada keributan. Pasti Tara akan melapor pada mama. Mulut ember kayak perempuan saja .Menurut Sinta mungkin Tara dulunya juga tukang lapor sama guru. Mungkin juga sih.

"Karin, pulang dengan aku ya,"celetuk Tara setelah pertandingan benar-benar usai.

"Aku bareng dengan teman-teman yang lain."

"Bukannya kamu sudah gak boleh naik angkot?"

"Aku dan yang lain naik mobilnya Karin,tahu?" bentak Keke. Tara terseyum tipis. Aku agak curiga . Pasti ada apa-apa. Aku mengajak mereka segera keluar dari GOR dan menilpun pak Sapri. Benar juga kecurigaanku, pak Sapri berhasil disuruh pulang . Aku memarahinya ,tapi pak Sapri sudah tanya sama mama kalau memang Tara sudah minta ijin mengantarkan aku pulang. Aku terpaku lama. Serasa hilang kesempatan yang datang padaku. Kehilangan momen pulang dengan Gito.

"Ada apa Karin?" Keke sangat marah sekali. Kepalan tangannya berkali-kali dia lemparkan ke udara seperti akan memukul orang. Dia begitu marah saat aku menceritakan hal yang menimpaku.

"Harus ada  cara lain menghindar Tara. Harus ada jalan lain agar Karin bisa pulang dengan Gito,"tukas Rara. Gito menghampiriku dan mengajakku pulang. Aku hanya diam. Sementara Tara sudah  menunggu di dekat pintu keluar.

"Kamu pura-pura ke belakang saja Karin, terus kamu langsung pulang dengan Gito,"tukas Sinta.

"Gimana dengan Tara?" Aku menatap bingung pada mereka.

"Serahkan saja padaku ,"tukas Keke dan yang lain ikut mengangguk. Aku agak ragu-ragu tapi Rara dengan lembut mendorongku pergi bersama Gito. Untuk tidak membuat curiga Tara, Sinta menemaniku. Sementara Keke dan yang lain mulai mengalihkan perhatian Tara. Aku dan Gito bergegas pergi. Sambil jalan Sinta menceritakan secara cepat keadaanku pada Gito. Untungnya Gito mengerti dan setuju kalau akan menurunkan aku agak jauh dari gerbang perumahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun