Selain mendorong minat baca masyarakat, juga penulis merasa lebih bermanfaat atau berharga bila membagikan (sedekah) buku-buku tersebut daripada hanya parkir menjadi pencuci mata di rak buku sebagai pajangan setelah dibaca dan dibaca.
Gaya hidup minimasi buku di pustaka pribadi ini juga sebagai dorongan pada keluarga agar gemar atau aktif - secepatnya - membaca sebelum buku didonasikan atau dikirim kepada yang membutuhkannya.
Berbagai persepsi tentang kehidupan minimalis, juga termasuk gaya hidup mengolah sampah menjadi sebuah produk berguna, mengguna ulang produk agar tidak menjadi sampah. Itu juga merupakan gaya hidup minimalis.
Sangat mudah ditemukan atau belajar pada kehidupan minimalis dalam praktek pengelolaan barang - sampah - secara dini atas produk sisa agar tidak menjadi sampah, setidaknya berguna bagi orang lain.
Konsep minimalis, sangat memperhatikan azas manfaat daripada sebuah benda ataupun barang, termasuk buku. Baik sebelum diadakan maupun pada masa keberadaannya atau penggunaannya.Â
"Gaya hidup minimalis adalah memiliki barang seminim mungkin atau sesuai kebutuhan saja dan bukan sesuai keinginan."
Selain buku, perabot, makanan dan lainnya bisa di minimalisir - minimalis - dengan berbagi pada sesama, konsep minimalis ini juga sangat membantu menjalin hubungan silaturahim dan harmonisasi sesama.
Karena barang yang tidak terlalu berguna lagi pada diri kita dalam rumah tangga, selanjutnya bisa dimanfaatkan lagi di tempat lain, baik untuk keluarga lainnya maupun terlebih untuk orang lain yang membutuhkan.
Begitupun buku di dalam rumah, bisa jadi akan terkesan seperti sampah. Sangat berbahaya bila hanya jadi pajangan, bisa jadi fitnah kalau tidak dikelola dengan baik. Sebaliknya kita bisa lebih mencerdaskan dan dicerdaskan oleh pemilik aslinya adalah Tuhan Ymk, bila mau berbagi ilmu baik langsung maupun melalui buku.
Sementara diketahui bersama masih banyak saudara kita yang membutuhkannya di luar sana. Mungkin mereka butuhkan buku tapi tidak terjangkau untuk mendapatkannya. Bisa karena batasan ruang dan waktu, atau keterbatasan untuk membelinya.
Setidaknya bisa berbagi sebelum barang itu tidak "terlalu" dimanfaatkan lagi, demi menghindari jangan sampai buku atau barang itu "terkesan" menjadi sampah, akan lebih mudarat lagi dan akan menyiksa si pemilik sebagai penanggung jawab barang dihadapan Tuhan Ymk.