Mohon tunggu...
Hasonangan Nasution
Hasonangan Nasution Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pencari

tak henti mencari......

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Arak-Arakan yang Membuat Deg-Degan

13 November 2014   22:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:52 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Anak kecil diarak, duduk  ϑĩ atas tandu ªϞƍ dihias menyerupai binatang.. ϑĩ Subang disebut sisingaan, ϑĩ ponorogo namanya reog sementara  ϑĩ pantura; indramayu, cirebon brebes dikenal dengan buroh. Anak kecil diarak keliling kampung  sebagai hadiah dan hiburan karena telah berani dikhitan untuk anak lelaki dan dirupus (gigi dikikir) untuk gadis kecil.

Penganten sunat, sebutan untuk anak lelaki ªϞƍ sedang bergembira itu diarak keliling kampung diiringi lantunan lagu dan musik. Live music ªϞƍ enerjik. Pada awalnya musik pengiring ªϞƍ dimainkan adalah alat musik tradisional dengan lagu daerah setempat. Sesuai perkembangan zaman  saat ini ada juga ªϞƍ memanfaatkan tape recorder ªϞƍ lalu dipancarkan melalui  pengeras suara.

Arak arakan dalam bentuk berbeda dengan subjek berbeda juga ada dalam sebagian masyarakat  Mataram. Dalam sebuah kesempatan berkunjung ke Mataram saya agak surprise ketika mobil teman ªϞƍ mengantar  saya ke  bandara  bergerak lambat dan cenderung berhenti, macet. Cukup lama. Bukan macetnya ªϞƍ membuat surprise, sebab sudah santapan sehari hari saya ϑĩ Jabotabek. Tapi penyebab macetnya itu lho.

Dalam kemacetan lamat lamat saya  mendengar suara tetabuhan alat musik. Semakin mendekat mulai terlihat sumber suara itu. Sekelompok orang; laki perempuan, anak anak, remaja dan dewasa bahkan juga kakek dan nenek berarak serempak menyusur jalan raya. Ada ªϞƍ bernyanyi mengikut alunan bunyi ªϞƍ dipancarkan dari "toa". Sebagian berjoget meningkahi suara gendang. "Ada juga tuh ªϞƍ bari mabok", teman saya menambah info sambil tetap waspada  ϑĩ belakang setir; serius menatap jalan menyibak rombongan pawai ªϞƍ  menutup sebagian jalan. "Apa ªϞƍ mereka lakukan  ϑĩ jalan raya, jalan utama menuju bandara  ϑĩ siang bolong dengan panas ªϞƍ menyengat", tanya saya. Saya menduga Ini arakan "pengantin sunat". Tetapi teman saya menggeleng. "Ini bukan arakan "pengantin sunat", tegasnya.

Saya menemukan jawaban setelah kami hampir berada  ϑĩ ujung arakan. Posisi paling depan arakan berjejer dua orang; pria dan wanita muda. Berjalan lambat dengan riasan dan pakaian adat. Wajah riang memancar dari wajah mereka. Gagah dan cantik. "Itu pengantin ªϞƍ diarak keliling, untuk memberitahu khalayak bahwa mereka telah resmi menikah". Teman saya menyimpulkan jawaban.

Saya menduga pengantin ini adalah penduduk ªϞƍ rumahnya berada  ϑĩ tepian jalan raya. Lagi lagi dugaan saya meleset. "Dari desanya mereka naik kenderaan, biasanya kenderaan bak terbuka, menuju jalan raya". Teman saya memberi tambahan informasi, sembari memacu mobilyang terasa menderu. Saya menarik nafas lega; dan berhasil faham mengapa  teman saya menyarankan agar kami  berangkat ke bandara Lombok International Airport lebih awal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun