Makanan Bergizi Gratis: Dari Harapan Menjadi Kekhawatiran
Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) sejatinya lahir dari niat mulia: memastikan siswa-siswi di sekolah mendapatkan asupan gizi yang cukup tanpa memberatkan orang tua. Namun, belakangan program ini justru menuai ironi. MBG yang semula dikenal sebagai "Makanan Bergizi Gratis" kini kerap diplesetkan menjadi "Makanan Beracun Gratis." Perubahan sebutan ini bukan tanpa alasan, sebab ratusan siswa, khususnya di Kabupaten Bandung Barat, dilaporkan mengalami gejala serius setelah menyantap makanan dari program ini---mulai dari kejang-kejang, mual, diare, hingga demam.
Tragedi ini menimbulkan pertanyaan besar: siapa yang harus bertanggung jawab? Lagi dan lagi, rakyat kecil menjadi korban dari sistem yang seharusnya melindungi mereka.
Namun, menghentikan program ini jelas bukan solusi. Banyak siswa dan orang tua yang sebenarnya merasa terbantu dengan adanya MBG. Bagi sebagian keluarga, makanan gratis di sekolah bukan hanya soal gizi, tapi juga keringanan ekonomi. Karena itu, yang dibutuhkan bukan penghentian, melainkan perbaikan.
Masalah kualitas pengolahan makanan tidak boleh lagi dianggap sepele. Jika alasan kejadian ini adalah proses memasak ribuan porsi yang dikerjakan sejak malam hari, maka pemerintah dan pihak terkait harus mencari jalan keluar yang lebih bijak. Apakah dengan mengalihkan pengelolaan ke dapur sekolah, mengganti bentuk bantuan menjadi bahan mentah, atau bahkan berupa uang tunai? Semua opsi terbuka untuk dipertimbangkan, asalkan keamanan dan kualitas gizi anak-anak tetap menjadi prioritas utama.
Kepercayaan masyarakat memang sudah terkikis. Setelah kejadian ini, sulit bagi orang tua untuk merasa tenang ketika anaknya menyantap makanan dari MBG. Tetapi justru karena itu, transparansi, pengawasan ketat, serta evaluasi menyeluruh harus segera dilakukan. Program yang lahir dari semangat kebaikan jangan sampai berubah menjadi bencana berkepanjangan.
MBG seharusnya menjadi simbol harapan, bukan ketakutan. Anak-anak kita berhak mendapatkan makanan yang sehat, bergizi, dan aman---bukan sekadar porsi yang asal kenyang. Jika program ini benar-benar dimaksudkan untuk menyejahterakan generasi penerus, maka tanggung jawab terbesar ada pada penyelenggara untuk memastikan tidak ada lagi korban yang jatuh di kemudian hari.
Rabu, 24 September 2025
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI