Mohon tunggu...
Hasan Buche
Hasan Buche Mohon Tunggu... Guru - Diam Bukan Pilihan

Selama takdiam jalan akan ditemukan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Yah, Tadi Aku Pint(r)l dan Tuhan Tidak Cerewet

29 September 2020   17:03 Diperbarui: 29 September 2020   18:49 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto koleksi pribadi/Puntung Rokok

Fiksi mini Hasan Buche

Yah, Tadi Aku Pinta(r)l


Pukul 17.45 WIB aku tiba di rumah dalam kondisi fisik teramat lelah setelah seharian penuh bekerja. Namun semua berubah drastis menjadi sebuah kesegaran dan kebahagiaan, saat kudengar teriakan renyah berirama surga, "Ayaaah...," dari anak laki-laki bungsuku yang baru berusia 2,5 tahun sambil memburuku dan langsung naik motor dengan susah payah, duduk di depanku.
"Yah, tadi aku pinta(r)l!" Dengan bangga dia memulai ceritanya.
"Memangnya, kamu melakukan apa, Sayang?" Tanyaku senang dan penasaran.
"Tadi aku isap l(r)okok bekas ol(r)ang. Aku pinta(r)l kayak ayah," katanya polos.

Zeeeb...! Tiba-tiba aku terjerembab ke dasar jurang kegagalan teladan yang sangat dalam akibat terkena jab Mike Tyson. KO. Terkapar tanpa daya.

***

Tuhan Tidak Cerewet

"Permisi, Pak," pinta Panji, OB, kepada para petinggi kantor tempatnya bekerja yang sedang istirahat di satu ruang.
"Sebentar," salah seorang memintanya untuk sejenak menghentikan pekerjaannya, "aku perhatikan, kamu seperti sengaja bekerja di saat para atasan sedang berkumpul. Benarkah itu? Mengapa?"
"Benar, Pak," jawab Panji, "sebab saya sering dimarahi karena disangka tidak bekerja dengan baik. Padahal saya selalu bekerja dengan baik dan penuh kesungguhan hati, bahkan melebihi kewajiban yang seharusnya. Tapi tetap saja saya dianggap tidak bekerja. Tidak becus bekerja. Agar semua melihat kalau saya bekerja maka saya memilih waktu-waktu dimana karyawan dan atasan berkumpul. Agar semua tahu saya bekerja. Manusia memang cerewet. Berbeda dengan Tuhan. Tuhan tidak pernah cerewet. Maka untuk Tuhan, saya lebih suka menyembunyikan kebaikan saya kepada orang lain. Tapi untuk manusia, akhirnya saya berbuat seperti ini. Permisi, Pak!"

Sorenya sang OB di PHK.
 
***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun