Mohon tunggu...
Hasan Yusuf
Hasan Yusuf Mohon Tunggu... -

Pemerhati Partai Politik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Rekayasa Kolektif Ala PKS

3 April 2015   14:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:35 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Budaya main keroyok alias berjamaah pada kader-kader PKS ketika berebutan posisi jabatan atau penguasaan terhadap lembaga tertentu (BEM, Himpunan Mahasiswa, LDK/LDF, Rektorat/dekanat, kementerian/pemda, dll) adalah bukti hasil kaderisasi dan penanaman visi misi PKS. Perubahan dari jamaah menjadi partai politik membawa PKS berubah bentuk dari gerakan konservatif idealis menjadi progresif pragmatis.

Ketika tarbiyah masih konservatif idealis pola gerakannya sangat alami dengan membentuk kader-kader menjadi da'i-da'i Islam yang tangguh dan terikat secara kuat dengan Islam. Uang bukanlah segalanya dan utama, pembentukan karakter SDM yang ditonjolkan. Denga kualitas SDM yang tinggi, tarbiyah yakin bisa merubah masyarakat Indonesia ke arah masyarakat madani sebagaimana Rasulullah hidup di Madinah. Pola pendekatan ke konstituen pun lebih bersifat top-down, dimana tarbiyah mengedukasi masyarakat dengan dakwah Islam.

Kini, sejak PKS muncul sebagai bentuk institusi politik tarbiyah, banyak yang berubah dari konservatif idealis menjadi gerakan progresif pragmatis.

Setiap keinginan berkuasa terhadap lembaga apapun menggunakan rekayasa kolektif (keroyokan). Pandangan terhadap uang pun mulai berubah menjadi hal yang sangat penting, bisa diraih melalui individu (bukan mekanisme jamaah melalui infak anggota dll) dan dimanfaatkan untuk akselerasi individu. Wajarlah jika banyak kasus semisal LHI yang menggunakan uang makelar proyek untuk akselerasi gerak individu (posisinya sebagai bendahara lalu ketua/presiden partai) namun partai pura-pura tidak tahu tentang catatan buruk prilaku kader yang mencari uang dengan cara haram (suap menyuap, korupsi atau kolusi).

Pola pendekatan ke konstituen pun mulai menyesuaikan dengan kondisi, lebih egaliter menerima masukan dari semua kalangan meski jauh dari budaya keislaman (kasus masuknya Suripto pensiunan BIN memberi warna pragmatis yang kental), terkadang juga menggunakan top-down dari pimpinan (elit)  partai yang banyak diduduki oleh lulusan Timur Tengah yang dianggap lebih mengetahui fiqh Islam.

Pola pragmatis dan progresif memberi peluang bagi kader-kader yang berjiwa ambisius berkuasa dengan menghalalkan segala cara bisa masuk ke jajaran elit partai dan sulit untuk dikeluarkan dari partai meskipun banyak kader tahu elit-elit telah melakukan kemaksiatan.

Dari kondisi PKS inilah, bagaimana politik nasional hingga sampai desa, corak PKS sama yaitu tak ada kawan atau lawan abadi yang ada hanyalah kepentingan yang abadi. Tengoklah, pertikaian kader-kader PKS dengan PDI-P yang saling serang opini di lingkup nasional. Pada saat yang bersamaan jika ada pilkada, mereka bisa bergandengan tangan secara mesra.

Jokowi jadi walikota Solo pun didukung oleh PKS bahkan Hidayat Nur Wahid menjadi juru kampanyenya, namun ketika di Jakarta perebutan posisi DKI 1 dan RI 1, serangan maha dahsyat dilancarkan oleh kader-kader PKS ke kubu Jokowi hingga sekarang.

Inilah karakter kader-kader PKS dalam perebutan kekuasaan dimana pun mereka berada. PKS menggunakan rekayasa kolektif untuk berkuasa sehigga tak jarang PKS pun berkonflik dengan gerakan-gerakan Islam yang lain. Demi kekuasaan, secara berjamaah mereka tak segan melakukan pembunuhan karakter terhadap seseorang (semisal X adalah antek yahudi turunan cina tidak bisa ngaji dan tidak sholat, tidak jelas keluarganya dll), disisi lain mengelu-elukan kadernya yang diajukan untuk berkuasa.

Jika anda berorganisasi bersama kader-kader PKS dan mereka menginginkan untuk berkuasa ditempat tersebut maka berhati-hatilah terhadap aksi berjamaah (keroyokan) mereka karena anda bisa menjadi korban ambisi berkuasaannya kecuali anda ikut menjadi anggotanya. Dan jangan pernah berharap keadilan kepada mereka ketika mereka berkuasa selama anda bukan kader-kadernya. Sesama ikhwan adalah bersaudara, utamakanlah saudara sesama ikhwan, baru yang lainnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun